22 Desember 2009

Ibu...

Ibu...
Ikhlas dan ridhamu syurga bagi anakmu...
Mohon ikhlas dan ridhanya nggih Bu...

Hari ini ku kirimkan sms pendek untuk beliau: Ibu, alhamdulillah sambal tomat dan kacang ingkang dibetakne ibu wingi enjing sampun telas sedanten, rencang2 remen, matur nuwun sanget nggih Bu kagem sedayanipun......

Aku sering mengecewakan Ibu tiap pulang kerumah. Bukannya meluangkan waktu sejenak buat mendampingi beliau aku malah keluar kemana-mana... Ngapunten nggih Bu...



17 Desember 2009

Let the rain wash away my tears

I was waiting for so long
For a miracle to come
Everyone told me to be strong
Hold on and don't shed a tear


Through the darkness and good times
I knew I'd make it through
And the world thought I had it all
But I was waiting for you


Hush, love


I see a light in the sky
Oh, it's almost blinding me
I can't believe
I've been touched by an angel with love
Let the rain come down and wash away my tears
Let it fill my soul and drown my fears
Let it shatter the walls for a new, new sun
A new day has...come


Where it was dark now there's light
Where there was pain now there's joy
Where there was weakness, I found my strength
All in the eyes of a boy


Hush, love


I see a light in the sky
Oh, it's almost blinding me
I can't believe
I've been touched by an angel with love
Let the rain come down and wash away my tears
Let it fill my soul and drown my fears
Let it shatter the walls for a new, new sun
A new day has...come


A new day has...come
Ohhh, a light... OOh

Aku tahu mungkin ini yang terbaik. Tapi aku tak ingin menyerah sebelum semuanya benar-benar jelas. Tak rela rasanya kehilangan sekian banyak kenangan. Yah walau sebagiannya ada yang pahit. Tapi ini jalannya. Aku ingin bisa mengenangnya hingga nanti. Mengenang saat-saat indah, bahagia, suka duka menjalani hari-hariku disini. Rasanya ada yang hilang, ada yang kurang, ada yang tak lengkap dari diriku. Apakah ini hanya lebay ku saja? Tapi yang pasti aku masih menunggu keajaiban... I wait that miracle...



04 Desember 2009

Hanya Tuhan yang Tahu

Album : You And I See
Munsyid : Unic
http://liriknasyid.com

Ku pendamkan perasaan ini
Ku rahsiakan rasa hati ini
Melindungkan kasih yang berputik
Tersembunyi di dasar hati

Ku pohonkan petunjuk Ilahi
Hadirkanlah insan yang sejati
Menemani kesepian ini
Mendamaikan sekeping hati

Oh Tuhanku
Berikanlah ketenangan abadi
Untukku menghadapi
Resahnya hati ini mendambakan kasih
Insan yang ku sayang

C/o:
Di hati ini
Hanya Tuhan yang tahu
Di hati ini
Aku rindu padamu
Tulus sanubari
Menantikan hadirmu
Hanyalah kau gadis pilihanku

Kerana batasan adat dan syariat
Menguji kekuatan keteguhan iman
insan yang berkasih



03 Desember 2009

Akankah Saya Berubah???

“Mbak, dari dulu kok gak berubah se... Gini-gini ja. Kok bisa sich mbak...?”. Comment adik2 kelas ini terasa berbeda di telinga beberapa waktu yang lalu ketika saya berkunjung ke pesantren. Awalnya saya senang-senang saja dikatakan tidak berubah. Tapi setelah saya pikirkan kembali ada yang salah dengan statement itu. Perubahan mana yang mereka maksudkan??? Perubahan yang menyenangkan mereka atau justru mengecewakan???
Menjadi pertanyaan besar bagi saya dan teman-teman dulu sebelum menjadi alumni. Mengapa sich mbak-mbak alumni kami menampilkan perubahan yang signifikan setelah tidak lagi belajar di pondok?. Mulai memakai celana panjang ketika datang ke pondok sampai bahkan ada 1 atau 2 orang yang kepergok tidak berhijab di luar kawasan pondok. Memakai celana panjang dan tidak berhijab mungkin suatu hal yang biasa di luaran. Tapi tidak bagi santri putri. Ini hanya salah satu aspek saja. Masih ada beberapa aspek lainnya yang mungkin justru lebih dalam permasalahannya.
Memang kesan positif telah melekat bagi mereka yang telah berpredikat santri. Tapi justru kesan positif ini kadang tanpa sadar mereka rusak sendiri dengan berbagai macam cara. Suatu hal yang sulit memang menyandang kesan baik. Dengan mudahnya orang akan menilai buruk ketika mereka terlihat melakukan satu kesalahan kecil saja. Padahal yang demikian sudah sangat lazim dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Akan tetapi sekali lagi tidak bagi santri. Dan karena itulah kadang orang tersebut merasa dikecewakan. Mereka yang dianggap baik ternyata tidak sebaik yang mereka sangka.
Saya sendiri pun sempat merasa kecewa dengan salah seorang teman yang awalnya saya banggakan. Berubah karena keadaan yang mungkin tanpa dia sadari telah menurunkan ‘izzahnya sebagai seorang muslimah. Muslimah yang santun. Di mata saya. Kekecewaan ini bukan karena saya iri saya tidak bisa melakukan hal yang serupa. Akan tetapi saya kecewa seakan kehilangan sosok yang selama ini saya jadikan panutan, saya jadikan cermin mengendalikan perilaku saya yang memang masih jauh dikatakan santun.
Terlepas bahwa saya pernah kecewa pada teman tersebut. Saya yakin saya juga pernah mengecewakan banyak orang. Entah ada berontak apa dengan sadar sesadar-sadarnya pada suatu hari dengan santainya saya memakai celana panjang ketika memasuki kawasan pondok. Ketika itu yang ada dalam fikiran saya rasanya capek di anggap baik oleh orang-orang di sekitar saya. Padahal dalam kenyataannya saya jauh tidak sebaik yang mereka kira. Saya takut ketika mereka tahu yang sebenarnya mereka kecewa pada diri saya.
Awalnya saya bisa menikmati keadaan itu. Namun pada akhirnya saya justru saya kecewa pada diri saya sendiri. Kecewa mengapa saya justru menghinakan diri dengan keadaan yang demikian. Saya menyesal mengapa saya bisa sedemikian dangkal dalam berpikir. Bukankah seharusnya saya bersyukur dengan kesan baik yang mereka sandangkan pada saya?. Bukankah seharusnya kesan baik itulah yang harus saya jaga sebagai pegangan agar saya bisa mengendalikan perilaku saya diluaran?. Dan sudah seharusnyalah ini saya jadikan pelajaran.
‘Berubah” memiliki banyak sekali konotasi. Awalnya saya memahami comment mereka saya tidak berubah bahwa saya masih seperti yang mereka harapkan. Masih seperi nyantri dulu. Tidak tergerus alur kehidupan keras yang selama ini saya jalani. Namun seiring berjalannya waktu saya pun bertanya pasa diri saya sendiri. Benarkah saya tidak berubah? Sama sekali? Sedikit pun? Jawaban yang benar adalah saya berubah. Akan tetapi tidak sepenuhnya mereka sadari.
Saya yang dulunya tenggelam dalam kemalasan memang belum berubah hingga saat ini. Saya yang dulunya demikian ceroboh memang belum berubah hingga saat ini. Saya yang dulunya berpakaian dengan gaya seadanya santri memang belum berubah hingga saat ini. Akan tetapi tanpa mereka sadari sedikit banyak keadaan-keadaan itu telah demikian saya usahakan untuk berubah. Meskipun masih sedikit memang.
Ketika mereka berkata bahwa saya tidak berubah saya senang sekaligus kecewa. Senang seakan saya masih seperti dulu seperti yang mereka harapkan. Kecewa berarti selama hampir 2,5 tahun ini saya belum menampakkan perubahan ke arah yang lebih baik yang saya harapkan. Yang menjadi pertanyaan saya sekarang adalah akankah saya berubah???
Akankah saya berubah tidak semalas, seceroboh dan secuek dulu lagi??? Akankah perubahan yang saya usahakan ini nanti akan membuat mereka kecewa??? Akankah jika saya berubah nanti mereka masih menganggap saya baik???
Saatnya saya menentukan ke mana arah perubahan yang saya inginkan. Saya harus mengatur arah agar perubahan yang saya inginkan ini bukan perubahan ke arah yang salah. Arah yang akan mengecewakan mereka. Arah yang akan membuat saya justru semakin terpuruk dalam keadaan yang membuat saya mundur ke belakang.
Akankah saya berubah???
Mohon maaf atas segala hal yang mungkin mengecewakan teman-teman. Beberapanya mungkin saya sengaja dan beberapa yang lainnya di luar batas keinginan saya. Mohon bantuan agar saya segera mendapatkan perubahan yang saya inginkan. Terima kasih atas semuanya.