22 Desember 2009

Ibu...

Ibu...
Ikhlas dan ridhamu syurga bagi anakmu...
Mohon ikhlas dan ridhanya nggih Bu...

Hari ini ku kirimkan sms pendek untuk beliau: Ibu, alhamdulillah sambal tomat dan kacang ingkang dibetakne ibu wingi enjing sampun telas sedanten, rencang2 remen, matur nuwun sanget nggih Bu kagem sedayanipun......

Aku sering mengecewakan Ibu tiap pulang kerumah. Bukannya meluangkan waktu sejenak buat mendampingi beliau aku malah keluar kemana-mana... Ngapunten nggih Bu...



17 Desember 2009

Let the rain wash away my tears

I was waiting for so long
For a miracle to come
Everyone told me to be strong
Hold on and don't shed a tear


Through the darkness and good times
I knew I'd make it through
And the world thought I had it all
But I was waiting for you


Hush, love


I see a light in the sky
Oh, it's almost blinding me
I can't believe
I've been touched by an angel with love
Let the rain come down and wash away my tears
Let it fill my soul and drown my fears
Let it shatter the walls for a new, new sun
A new day has...come


Where it was dark now there's light
Where there was pain now there's joy
Where there was weakness, I found my strength
All in the eyes of a boy


Hush, love


I see a light in the sky
Oh, it's almost blinding me
I can't believe
I've been touched by an angel with love
Let the rain come down and wash away my tears
Let it fill my soul and drown my fears
Let it shatter the walls for a new, new sun
A new day has...come


A new day has...come
Ohhh, a light... OOh

Aku tahu mungkin ini yang terbaik. Tapi aku tak ingin menyerah sebelum semuanya benar-benar jelas. Tak rela rasanya kehilangan sekian banyak kenangan. Yah walau sebagiannya ada yang pahit. Tapi ini jalannya. Aku ingin bisa mengenangnya hingga nanti. Mengenang saat-saat indah, bahagia, suka duka menjalani hari-hariku disini. Rasanya ada yang hilang, ada yang kurang, ada yang tak lengkap dari diriku. Apakah ini hanya lebay ku saja? Tapi yang pasti aku masih menunggu keajaiban... I wait that miracle...



04 Desember 2009

Hanya Tuhan yang Tahu

Album : You And I See
Munsyid : Unic
http://liriknasyid.com

Ku pendamkan perasaan ini
Ku rahsiakan rasa hati ini
Melindungkan kasih yang berputik
Tersembunyi di dasar hati

Ku pohonkan petunjuk Ilahi
Hadirkanlah insan yang sejati
Menemani kesepian ini
Mendamaikan sekeping hati

Oh Tuhanku
Berikanlah ketenangan abadi
Untukku menghadapi
Resahnya hati ini mendambakan kasih
Insan yang ku sayang

C/o:
Di hati ini
Hanya Tuhan yang tahu
Di hati ini
Aku rindu padamu
Tulus sanubari
Menantikan hadirmu
Hanyalah kau gadis pilihanku

Kerana batasan adat dan syariat
Menguji kekuatan keteguhan iman
insan yang berkasih



03 Desember 2009

Akankah Saya Berubah???

“Mbak, dari dulu kok gak berubah se... Gini-gini ja. Kok bisa sich mbak...?”. Comment adik2 kelas ini terasa berbeda di telinga beberapa waktu yang lalu ketika saya berkunjung ke pesantren. Awalnya saya senang-senang saja dikatakan tidak berubah. Tapi setelah saya pikirkan kembali ada yang salah dengan statement itu. Perubahan mana yang mereka maksudkan??? Perubahan yang menyenangkan mereka atau justru mengecewakan???
Menjadi pertanyaan besar bagi saya dan teman-teman dulu sebelum menjadi alumni. Mengapa sich mbak-mbak alumni kami menampilkan perubahan yang signifikan setelah tidak lagi belajar di pondok?. Mulai memakai celana panjang ketika datang ke pondok sampai bahkan ada 1 atau 2 orang yang kepergok tidak berhijab di luar kawasan pondok. Memakai celana panjang dan tidak berhijab mungkin suatu hal yang biasa di luaran. Tapi tidak bagi santri putri. Ini hanya salah satu aspek saja. Masih ada beberapa aspek lainnya yang mungkin justru lebih dalam permasalahannya.
Memang kesan positif telah melekat bagi mereka yang telah berpredikat santri. Tapi justru kesan positif ini kadang tanpa sadar mereka rusak sendiri dengan berbagai macam cara. Suatu hal yang sulit memang menyandang kesan baik. Dengan mudahnya orang akan menilai buruk ketika mereka terlihat melakukan satu kesalahan kecil saja. Padahal yang demikian sudah sangat lazim dilakukan oleh masyarakat pada umumnya. Akan tetapi sekali lagi tidak bagi santri. Dan karena itulah kadang orang tersebut merasa dikecewakan. Mereka yang dianggap baik ternyata tidak sebaik yang mereka sangka.
Saya sendiri pun sempat merasa kecewa dengan salah seorang teman yang awalnya saya banggakan. Berubah karena keadaan yang mungkin tanpa dia sadari telah menurunkan ‘izzahnya sebagai seorang muslimah. Muslimah yang santun. Di mata saya. Kekecewaan ini bukan karena saya iri saya tidak bisa melakukan hal yang serupa. Akan tetapi saya kecewa seakan kehilangan sosok yang selama ini saya jadikan panutan, saya jadikan cermin mengendalikan perilaku saya yang memang masih jauh dikatakan santun.
Terlepas bahwa saya pernah kecewa pada teman tersebut. Saya yakin saya juga pernah mengecewakan banyak orang. Entah ada berontak apa dengan sadar sesadar-sadarnya pada suatu hari dengan santainya saya memakai celana panjang ketika memasuki kawasan pondok. Ketika itu yang ada dalam fikiran saya rasanya capek di anggap baik oleh orang-orang di sekitar saya. Padahal dalam kenyataannya saya jauh tidak sebaik yang mereka kira. Saya takut ketika mereka tahu yang sebenarnya mereka kecewa pada diri saya.
Awalnya saya bisa menikmati keadaan itu. Namun pada akhirnya saya justru saya kecewa pada diri saya sendiri. Kecewa mengapa saya justru menghinakan diri dengan keadaan yang demikian. Saya menyesal mengapa saya bisa sedemikian dangkal dalam berpikir. Bukankah seharusnya saya bersyukur dengan kesan baik yang mereka sandangkan pada saya?. Bukankah seharusnya kesan baik itulah yang harus saya jaga sebagai pegangan agar saya bisa mengendalikan perilaku saya diluaran?. Dan sudah seharusnyalah ini saya jadikan pelajaran.
‘Berubah” memiliki banyak sekali konotasi. Awalnya saya memahami comment mereka saya tidak berubah bahwa saya masih seperti yang mereka harapkan. Masih seperi nyantri dulu. Tidak tergerus alur kehidupan keras yang selama ini saya jalani. Namun seiring berjalannya waktu saya pun bertanya pasa diri saya sendiri. Benarkah saya tidak berubah? Sama sekali? Sedikit pun? Jawaban yang benar adalah saya berubah. Akan tetapi tidak sepenuhnya mereka sadari.
Saya yang dulunya tenggelam dalam kemalasan memang belum berubah hingga saat ini. Saya yang dulunya demikian ceroboh memang belum berubah hingga saat ini. Saya yang dulunya berpakaian dengan gaya seadanya santri memang belum berubah hingga saat ini. Akan tetapi tanpa mereka sadari sedikit banyak keadaan-keadaan itu telah demikian saya usahakan untuk berubah. Meskipun masih sedikit memang.
Ketika mereka berkata bahwa saya tidak berubah saya senang sekaligus kecewa. Senang seakan saya masih seperti dulu seperti yang mereka harapkan. Kecewa berarti selama hampir 2,5 tahun ini saya belum menampakkan perubahan ke arah yang lebih baik yang saya harapkan. Yang menjadi pertanyaan saya sekarang adalah akankah saya berubah???
Akankah saya berubah tidak semalas, seceroboh dan secuek dulu lagi??? Akankah perubahan yang saya usahakan ini nanti akan membuat mereka kecewa??? Akankah jika saya berubah nanti mereka masih menganggap saya baik???
Saatnya saya menentukan ke mana arah perubahan yang saya inginkan. Saya harus mengatur arah agar perubahan yang saya inginkan ini bukan perubahan ke arah yang salah. Arah yang akan mengecewakan mereka. Arah yang akan membuat saya justru semakin terpuruk dalam keadaan yang membuat saya mundur ke belakang.
Akankah saya berubah???
Mohon maaf atas segala hal yang mungkin mengecewakan teman-teman. Beberapanya mungkin saya sengaja dan beberapa yang lainnya di luar batas keinginan saya. Mohon bantuan agar saya segera mendapatkan perubahan yang saya inginkan. Terima kasih atas semuanya.

20 November 2009

Payung Keramat


Kayaknya aku gak harus crita ulang dech buat yang satu ini....
Biar aktor utamanya aja yang crita...
CD dan kasetnya kayaknya gak akan mungkin keluar...
Namanya juga film bagus...
"Payung Keramat"....
Oh ya...
Nambahin aja...
Bulat2 hijau tu namanya motif polkadot beib...
And the movie goes....
http://my.opera.com/tsuroya/blog/
(Maap, belum bisa kasih link langsung... Bisa bantu???)


Akhirnya...



Akhirnya kesampaian juga nonton Deteksi Mading 2k9. Penuh perjuangan n cwapek. Berangkat yang direncanakan sehabis kuliah Hukum perkawinan n kewarisan adat sekitar pukul 09.30 ternyata mundur sampe jam 11.00. Da something yang mesti di tunggu.... (kok something??? Mang bisa datang sendiri!!!...) Whatever sing penting q dah maen...
Ni sebagian dokumentasinya. gak po2 yo gambare rodo kabur... Masih bisa dikejar kok!!! Nyante ae g0'...
Ni miniatur rumah yang detail banget. Sampe seantenanya dibuat juga. Kayaknya adik2 yang satu ini cocok banget kalo kuliah masuk arsitek. Tapi sayang g'nyatet dari SMA ato SMP mana. Saking banyaknya sampe g' sempet merhatiin satu2. Keliling aja dah capek.

Ini yang ku cari... Pake yang natural alias alami, manual, taste. Yang pasti seneng dah bisa kesana. Masih banyak fotonya, da satu folder. Mw di upload semua kok sinyalnya rodok lola... Yaw dah... Okelah kalo begitu...
Meski capek di jalan dan harus malu masuk auditorium pas acara dah mau selesai, Tapi selamatnya pas mati lampu. Jadi g'terlalu kelihatan, huehe... Habis itu masih harus rutinitas lagi... Dan akhirnya yang jadi korban gak ikut yasinan... Tewas!!!!

16 November 2009

Deteksi Convention di mataku

Tahun ketiga di Surabaya ini aku g'ingin melewatkan kemabali Acara ini. Meski aku tidak aktif ikut serbagai peserta, tapi aku ikut aktif mengikuti perkembangannya jauh sebelum berada di Surabaya. Kecintaan ku kepada yang unik, kecil, mungil, dan imyutz membawaku untuk terus mengupdate berita acara ini. Tahun ini kapan ya aku bisa ke Pakuwon lagi... Seingatku 2x kesana mesti hari Kamis. Tahun pertama dah bolos kuliah pake nyasar lagi. Tahun kedua... Ehm.... Pokoknya... Deteksi Convention Mading oke punya dech!!!



15 November 2009

New Profile Image

Mengapa q ganti profile dengan image ini..?
Karena aku ingin ceria...
Karena aku ingin riang gembira...
Karena aku ingin bahagia dengan orang2 tercinta...
KArena aku ingi terus penuh ingin tahu...
Karena aku ingin terus belajar menjadi lebih baik...
Karena aku ingin menjadi Sakura...
Bukan hanya bunga indah yang bermekaran yang sedap di pandang mata...
Tapi juga mewangi menentramkan hati mereka...
Mereka yang ada buat aku...
Mereka yang mensuport langkahku...
Mereka yang mencoba memahami segala keanehanku...
Mereka...
Tang ku sayang...
Dengan segala apa yang terindah dalam diriku...
Semampuku...
Sekuat tenagaku...



Capek....

Setelah semalaman gak tidur ditambah jalan-jalan ke Bungkul rasanya badan ini lungkrah semua. Tapi bahagia rasanya menjalani itu semua. Bahagia bisa berekspresi dan belajar design grafis lebih jauh meski berulang kali harus jatuh bangun kecelakaan (Lha kok bisa...). bahagia bisa mengukur sejauh mana kekuatan fisikku buat perjalanan beberapa kilometer (Makasih Pak buat semua suport dan doanya). Bahagia bisa merasakan lengangnya jalan Darmo di Ahad pagi ma sahabat-sahabat seperjuanganku. Bahagia memiliki kenangn yang tak mungkin terulang dan tergantikan dimasa-masa yang akan datang.




10 November 2009

Hari ini di kota ini

Hufh... Petualanganku seharian ini demikian melelahkan. Tanpa rencana sebelumnya tiba2 meluncur ke sana. Nunggu bus sampe capek akhirnya pake len. Ternyata muter2nya kemana-mana. Capek....
Aku bertualang hari ini bukan untuk merefleksi hari pahlawan. Tapi entah mengapa hari ini pun memang pernuh perjuangan. Mulai len yang muter2nya kemana aku gak tahu, macet yang masyaAllah panjangnya dan hatiku yang.....
Meskipun tak ada niatan refleksi hari pahlawan, ternyata seharian aku memang melewati petilasan para pahlawan itu. Mulai lewat tugu pahlawan, jembatan merah, menyusuri sungai kalimas yang dulu mungkin berwarna merah darah namun kini hijau lumut, lewat jalan pahalawan, lewat balai kota, monumen gubernur Suryo. Yang pasti capek. Tapi mungkin itu semua tidak akan aku lewati klu gak macet dan beberapa jalur dialihkan.
Hari ini aku merefleksi sebuah doa. Doa yang aku panjatkan Ramadhan lalu khusus teruntuk seseorang. Bisakah sebuah doa dicabut? Entah mengapa aku menyesal memanjatkan doa itu. Aku menyesal mengapa harus memperjuangkan hal yang demikian.... Ach entahlah. YAng pasti ini pengalaman yang sulit dilupakan.
Memang, tak selamanya yang merah itu manis, yang hitam itu pahit. Kita tidak bisa menilia buku dari covernya. Sebagus apapun kalau isinya..... ya tidak pas lah...
Andai aku mampu...
Ingin rasanya aku menyesap kembali air mata yang menetes Ramadhan lalu...
Ingin rasanya mencabut doa yang tulus ku panjatkan dihadapan Tuhanku dipelataran makam itu....
Andai aku mampu...
Ingin rasanya kutumpahkan semua caci maki itu...
Andai aku mampu...


02 November 2009

Bad Mood


Hufh.. Dah semangat berangkat kajian, eh... Da teriakan2 bikin bad mood. Ku dah cepet2in beres2ku sebelum berangkat... Maish aja g'mau ngertiin. Lha kon sopoku??? (mungkin pertanyaan kasar ini yang cukup mewakili) Mana pas ada abe lagi.. Kan malu.. Akhirnya pintu dech jadi sasarannya. kasihan tu pintu. G'salah apa2 kena damprat tanganku.
Okelah mang aku sering terlambat. tapi kan malam ini arek2 juga masih banyak. Malah da yang masih Isya'an dulu. Walah yang namanya bad mood tu yo ada aja alasannya...
Mang susah jadi orang moody. syusah malaaah.... Kalo nglakuin apa aja tergantung mood, ya kalo moodnya lagi baik. Amaaan. Kalo bad trus.... Ya rawan kecelakaan...
Tugas'e numpuk kabeh pek!!! Besok ada isu mau UTS Hukum Adat, Rabu ngumpulin Waris BW, Kamis resume Hukum Kewarisan Adat, malamnya presentasi transplantasi, Jum'atnya responsi Pidana militer. Huah....
Whatever, sekarang aku gak sendiri lagi... Setidaknya ada seseorang disana yang ada buat aku. Dah dulu yach... Mw browsing bahan mua tugas diatas... See ya...




25 Oktober 2009

Resah ini...


Dari Wabishah bin Ma’bad rodhiallohu ‘anhu dia berkata: Aku datang kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebajikan?” Aku berkata,” Ya.” Beliau bersabda, “Bertanyalah kepada hatimu. Kebajikan adalah apa yang menjadikan tenang jiwa dan hati, sedangkan dosa adalah apa yang menggelisahkan jiwa dan menimbulkan keraguan dalam hati, meskipun orang-orang terus membenarkanmu.”
Semua ini meresahkanku. Apakah setiap yang meresahkan itu dosa? Aku bimbang dengan keputusanku. Bimbang benarkah jalan ini jalan terbaik yang harus aku tempuh saat ini.
Berdiri aku di dua persimpangan jalan. Diantara jalan hukum dan jalan cinta. Bolehkah aku menempuh jalan hukum dengan menggenggam erat kunci gerbang jalan cinta ditanganku yang aku dekap erat di dadaku??? Bolehkah suatu hari jika kelak tiba masanya nanti aku kembali ke persimpangan itu dan melangkah ke jalan cinta???
Bolehkah???
Izinkan aku menemukan kedamaian hatiku. Kedamaian hati kala aku bisa tetap melangkah dijalan yang aku yakini dengan kemantapan hati.




22 Oktober 2009

Habis Pulang Terbitlah ....



Rencana pulang kemarin demikian mendadak. Begitupun juga berangkatnya. Terhitung kurang lebih hanya 18 jam diam dirumah. 9 jam perjalanan pulang pergi. 4 jam diluaran.... Capek...
Tapi setidaknya sedikit banyak adalah pengalaman baru. Pengalaman keblabas sampe depan seberang Expo alias belokan KFC Ketintang, dilema jatuhin receh remeh (dirimu durung ngrasakke golek'e nduk....) itu dikantong-kantong musisi jalanan itu, dan masih banyak lagi yang g'bisa diungkapkan disini.
Ngomong2 soal musisi jalanan, dilema memang menyikapi mereka. Serba salah. Dah da beberapa curian pas blogwalking malam ini yang belum dibaca. Rasanya pingin bikin investigasi aja buat tema ini. Tapi sering gak kesampaian keinginan2 kaya gini. Terasa beratzzzz... (yo dijajal disik po'o...).
Lama g'up date blog rasanya bingung mw nulis apa lagi. Kemalasan demi kemalasan rasanya mengurangi satu huruf demi satu huruf buat ngisi lagi... Sebenarnya andai bisa istiqomah ngisinya gitu pasti ada kenikmatan n kepuasan tersendiri. Ada arsip kehidupan yang bisa dibaca lain waktu dan menjadi pelajaran berharga. Yupz... Belajar belajar belajar...

Belajar hidup...
Belajar hidup yang bener...
Belajar hidup dengan orang lain di sekitar kita...
Memberikan hak mereka masing-masing...
Membahagiakan merekaa semampu kita...
Hufh...
Alangkah indahnya....
O za... Da yang lupa... Tak lupa nyirami bunga-bunga asuhan ibuku yang cantik2 ini. Ya walaupun sekali g'pa2 wis... setidaknya beneran jauh-jauh cuma buat nyiram tu bunga. we he he...
Blogwalking dl ya....

11 Oktober 2009

Halal bi Halal CSS MoRA Regional Jawa Timur

Walaupun H2SC dah kemarin Sabtu g'pa2 baru post sekarang...? He...
Alhamdulillah akhirnya ketemu lagi dengan teman-teman CSS MoRA dalam Halal bi Halal Santri CSS Regional Jatim. Acara yang dihelat di lantai 2 perpustakan Universitas Airlangga Surabaya itu berlangsung semarak.
Persiapan dimulai dari pagi. Berhubung berbarengan dengan wisuda ke 62 di IAIN, kami harus pagi-pagi persiapannya biat menghindari macet. Belum lagi air yang kadang-kadang masih agak rewel itu (agak???). Dilanjutkan berkumpul didepan GEMA yang sudah diparkiri beberapa angkot warna hijau yang sudah menanti untuk dinaiki. Dan perjalanan hari itu pun dimulai dengan canda tawa arek2 didalam angkot. Padahal lho belum sarapan, apalagi kalo sudah. Mesti tambah kenceng lagi tu lagu-lagu nasional dikumandangkan.




30 Agustus 2009

Sulitnya meyakinkan seseorang yang mengharapkan kita selalu ada buat dia. Aku belum siap. Beban yang sekarang ada dipundakku kian terasa berat. Aku sadar aku butuh teman untuk mengarunginya. Tapi aku khawatir dan seakan trauma dengan yang pernah ada. Walau bukan tidak mungkin ini lebih indah dari sebelumnya. Maaf bila aku melukaimu. Maaf...













































26 Agustus 2009

Mbalik Lagee...

Hufh, rasanya dah luwama nda' online gratis, he... g' juga sih, sebulan yang lalul lah kira-kira. Hari kedua semester V ni rencananya mw aktifin lagi Kasper yang dah expired, tapi ternyata g'dong, nanya lewat sms g'dibales, muwangkels....
Yaw dah download lagu, (kok kaya lagune saykoji!!!). Lagu2 ramadhan yang lain hangat itu menggoda untuk di download,he... Akhirnya semuanya dh terdownload deh... Tinggal kaspernya yang belum ketahuan gimana nasib selanjutnya.



26 Juli 2009

Mz Irfan n D' Leni


Sambil menyelam minum air. Yupz. Semalem suruh nemenin d’ Leni buat akad aku belajar sekalian.Belajar kaya apa sich prosesi akad yang selama ini hanya berbentuk simulasi full guyonan di kelas yang notabene pasti membawa korban mereka yang digosipkan he... Melihat dari dekat bagaimana Pak Lek menyerahkan kuasanya untuk meng’akadkan Mas Irfan ma d’Leni, Pak Naib memastikan data-data yang ada dengan kenyataannya, bagaimana status anaknya apakah kandung apakah angkat dann lain sebagainya yang menurutku sedemikian rumit. Tidak seperti yang disimulasikan dikelas yang hanya persyaratan prapresentasi itu... Yang pasti terasa demikian sakral dan menegangkan.
Walaupun prosesimya demikian sakral dan menegangkan ternyata menyimpan hal-hal lucu juga. Mulai d’ Leni yang sudah ngajak ngabur setelah salaman ma Mas Irfan padahal belum tanda tangan dan sebagainya, Pak Naib yang tempat nasinya ga’da a, jadi yo g’bisa ma’am dech... He... Belum lagi D’ Heni nyebelin yang ‘mbejeki terus iku’.... Hih... Pingin gigit dech rasanya...
O ya, q juga baru he’eh. Ternyata setelah akad tu da pembacaan shighat ta’lik talak dari Mas Irfan alias sang suami. Isinya g’hapal, yang pasti dah da dibagian paling belakang dai buku nikah kecil itu. Sempet pinjam juga sich ma d’Leni, pingin tahu pa ja isinya. Ternyata... Ya kaya gitu itu, he....
Makasih ya di ajeng, q kuliah dipernikahanmu, he... Met Menempuh Hidup Baru, Moga SAMARA alias Sakinah MAwaddah wa Rahmah, plus mendapatkan Keturunan yang shalih shalihah. Amiin.............
Aku kapan ya??? He...






14 Juli 2009

Dasar Maling!!!

Huach, aku g’ bisa bayangin gimana kalo kata-kata itu diteriaki para bloger ma aku. Aku tuch masih pemula banget masalah surf di dunia maya. Tapi dah sering nyomot-nyomot g’jelas dari blog-blog orang tanpa bisa ngasih link balik (Yo ndang belajar to nduk...). Q belum bisa menemukan cara yang pas untuk menahan keinginan membacaku (walah, guaya thok! Pake U pisan...). Ya sudah, aku sering banget save page as halaman-halaman blog yang aku suka buat dibaca-baca kapan gitu kalau lagi nganggur. Baca sich sae... Tapi ngambil g’izinnya niku lho...
Aku g’tahu juga se apa cuma aku yang nglakuin gitu. Apa diluar sana malah masih banyak lagi yang jauh lebih parah dari aku? Aku juga ga’ tahu. Jangan tanya yach... Tapi yang pasti rasanya kaya maling ja kalo g’ izin gitu. Tapi nek dadak ninggalin coment buat izin, kayaknya tambah dikit ja browsing yang aku dapet. Pa lagi hotspot yang Alhamdulillah gratis itu dah mulai g’bersahabat. Rasane pingin banting aja!!! (Wuih, nguawur, mang belinya pake daun!!!). He... Peace!
Parahnya lagi males nyimpen alamat-alamat site yang sudah aku kunjungi buat referensi tugas. Walhasil kadang harus kerja dua kali hanya buwat nyari alamat ulang. Walah, ribet meneh pokok’e...
Yang namanya pemula sing mesti ya masih trial n eror. Erornya sampai sekarang aku bingung gimana ngelola file-file yang kadang g’karuan mana tema n topiknya itu. Lha nyarinya macem-macem see... Mulai yang just for fun yang isinya kaya rubrik2 annida,nyari masalah karakter n kepribadian, n hal-hal g’penting yang lainnya. Pokoke aku suka yaw dach, aku simpen dech...
Malah sempet juga pas lagi ueruor buanget, ngetiknya di geogle search tu cuma hufh, cinta, capek, n masih banyak lagi dech pokoke. Tapi kalau nyarinya masalah cinta g’pa2 ya... He... Kan dah gede!
Dulu sebelum da A_ _o TVW q yang sekarang ini, aku sering juga nyari postingan yang aku suka diwarnet. Ya mw gimana lagi. Yang penting aku bisa baca. Ntah nanti bacanya kapan. Tapi seringnya kalau ada yang baik hati minjemin sich... Rasane da yang kurang kalau lum baca pa gitu...
Sebenernya pun malam ini aku da kewajiban buat membaca. Belajar lebih tepatnya. Besok ujian last two. Tinggal agraria ma peradilan Islam aja. Tapi mualesnya minta ampun... kalau ada es yang bikin semangat belajar mau lah aku ini.. mana lagi puanas gini. Padahal dah tengah malam. Biasa, Surabaya pek!
Ya sebenernya ini postingan yang dah aku simpan di draft min kulli hubby ku. Ya mau gimana lagi, masa mw lewat dapur trus on line buat upload file ni j akan g’lucu. Pa lagi cewek seperti daku ini. (seperti apa maksude? G’jelaz...). Yo seperti aku. Ya moso cewek mau keluar selaru ini. Jam 23.50 say... Gila aja? Bisa dikeluarkan daku ini dari sini.
Yaw dah. Nyari makalah disik kalo gitu...
Padahal besok tu ujian Agraria yang aku g’segitu he’ehnya, jam 00.00 baru mau buka makalah lagi! Mau belajar kapan to nduk!!!





Tahukah Anda

Tahukah anda kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah orang yang sangat lemah dan butuh pertolongan?

Tahukah anda kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain adalah justru orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya?

Tahukah anda kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah : Aku cinta kamu, maaf dan tolong aku

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian warna merah lebih yakin kepada dirinya sendiri?


Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian kuning adalah orang yang menikmati kecantikannya sendiri?

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian hitam adalah orang yang ingin tidak diperhatikan dan butuh bantuan dan pengertian anda?

Tahukah anda kalau anda menolong seseorang, pertolongan tersebut dikembalikan dua kali lipat?

Tahukah anda bahwa lebih mudah mengatakan perasaan anda dalam tulisan dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung? Tapi tahukah anda bahwa hal tsb akan lebih bernilai saat anda mengatakannya dihadapan orang tsb?

Tahukah anda kalau anda memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan anda tsb pasti dikabulkan?

Tahukah anda bahwa anda bisa mewujudkan impian anda, spt jatuh cinta, menjadi kaya, selalu sehat, jika anda memintanya dengan keyakinan, dan jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa yang bisa anda lakukan.

Tapi jangan percaya semua yang saya katakan, sebelum anda mencobanya sendiri, jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh sesuatu yg saya sebutkan diatas, dan anda tahu anda bisa menolongnya, anda akan melihat bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat.






Aku rindu...

Aku...
Aku rindu...
Aku rindu aku...
Aku rindu aku yang dulu...

Dulu...
Dulu aku tidak sedemikian ini...
Sedemikian...
Ach entahlah...

Yang pasti aku rindu...
Aku rindu aku...
Aku yang dahulu...




01 Juli 2009

Our Memory


Saat-saat ini tak terulang lagi
Jadi ingatlah setiap lembar hari
Yang telah kita saksikan berjuta cerita
Yang telah selipkan kenangan berharga
Penuh kesalahan penuh kenaifan
Sepenuh hati jalani semuanya

Karena memang kita tak kan pernah tahu
Apa yang akan terjadi nanti
Biarlah yang kita tahu hanya bahwa
Kita harus coba maknai hari ini
Dan biar esok menjadi misteri

The Rain Band

Sebenernya pingin nyanyiin ini buat antum semua di kemping transportnasi kita di tretes dua hari ini. Tapi berhubung suara g'mendukung plus g'da kesempatan jadi ya cuma dikirim lewat inbox kaya gini. Mau masukin ke inbox hp antum lewat hp, hp ku sudah wafat. Nggih mpun, yang penting dah nyampe'...
Dua hari ini kita belajar. Belajar akan banyak hal. Bersama menjalani akhir-akhir semester IV ini dengan penuh keceriaan, gelak tawa senda gurau yang tak ketinggalan diwarnai 'anarkisme' pembuat peraturan aneh itu, gosip2 para oknum2 sing "mbaurekso" AS E ndak ketinggalan menu lezat dari chef simbah. Wis lah, pokoke jadi speachless ini ceritane. Bingung mau cerita piye neh...

Makasih buat semuanya...
Maafkan buat semuanya...
Saatnya kita melangkah bersama...

Sebuah jalinan...
Sebuah ikatan...
dan sebuah simpulan dalam kebersamaan...
adalah hal terindah yang ku harap terus ada diantara...
Bersama...
Saling memberi semangat...
Saling memperbaiki dalam berkarya...

Met istirahat...
Met liburan...
Yuk bareng-bareng menjalani hari depan yang cemerlang...
Amiin...

Surabaya, 1 Juli 2009
19:45

20 Juni 2009

Aku...

Daya Ingat manusia :
10 % dari apa yang dibaca
20 % dari apa yang didengar
30 % dari apa yang dilihat
50 % dari apa yang dilihat dan didengar
80 % dari apa yang dikatakan
90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan

Aku belum tahu secara pasti bener g’nya prosentase ini. Tapi yang pasti 10% untuk daya ingat dari apa yang kita baca ini sedikit menyurutkan hobi bacaku. Rasanya apa yang aku baca selama ini sia-sia aja. Pa emang bener ya. Tapi kalau g’dari baca dari apa lagi. Aku jadi bingung sendiri dibuatnya. Aku tidak selalu memperhatikan apa yang aku dengar, karena kadang itu hanya terasa angin lalu saja. Tapi ach entahlah...
Yang pasti aku suka baca. Baa apa saja. Tapi idak terlalu untuk yang bertema ilmiah dan eksak. Aku seakan idak menemukan duniaku disana. G;tahu akhir-akhir ini aku bilang gitu terus buat hal-hal yang g’terlalu sreg dihati. AKU TIDAK MENEMUKAN DUNIAKU DISANA.
Sebenarnya aku pun masih bingung dunia apa yang aku cari. Dunia yang hanya milikku dan sesuai suasana hatiku. Mana mungkin menciptakan duniaku sendiri untukku sedangkan aku hidup diantara sedemikian banyak orang dengan pikiran dan keinginan masing-masing. Kalau sudah begitu aku pun hanya bisa diam. Gimana g’diam. Kalau aku crita kadang mereka anggap aku aneh. Aku alien. Masih banyak lagilah yang lain. Tapi yang pasti aku ya aku dengan segala apa yang ada pada diriku.
Aku yang suka baca. Aku yang suka nasyid. Aku yang tidak suka di paksa. Aku yang cuek. Aku yang easy going dengan apa yang ada. Aku yang sulit menungkapkan apa yang aku inginkan. Sampai-sampai aku ingin mengungkapkan kalau aku sedang marah saja hanya satu dua yang paham. Itupun hanya mereka yang interpersonalnya tinggi. Aku yang hanya bisa bersuara dalam hati. Aku yang pemalas. Aku yang kadang terlalu melankolis.
Aku yang jarang sakit. Aku yang susah nangis. Aku yang sering tak menghiraukan jeritan hati. Aku yang hanya bisa memandang iri teman-temanku dengan segala aktivitas keorganisasian dan keintelektualitasannya. Aku dengan pikiran yang tak pernah sistematis. Aku yang hanya bisa berpikir meloncat-loncat. Aku yang suka yang kecil dan mungil. Aku yang suka bunga dengan lima kelopak. Aku yang sulit melupakan dia. Aku yang mudah sekali bad mood hanya dengan alasan yang demikian sepele. Ach...
Rasanya aku selalu sendiri. Aku selalu iri dengan mereka yang dipenuhiorang-orang yang menyayangi. Apa mungkin aku saja yang sebenarnya demikian disayangi tapi tak merasakannya.
Minggu ini aku ujian. Tapi aku gak tahu harus belajar dari mana. Salahku memang tak mempersiapkannya jauh hari sebelumnya. Sekarang malah lagi males-malesan didepan TV. Padahal revisi pidana lum selesai, hadist g’ketahuan mana yang mesti dibenerin lagi, perdata Islam juga masih lum jelas (yang punyaku sudah sich, tapi...). belum lagi 9 mata kuliah yang belum juga kusentuh. Ditambah HP ku yang belum kunjung ketahuan gimana kabranya. Walah, pokoke kebanyakan bad mood dech Minggu-minggu ni. Tapi yang pasti aku masih terus berharap ujianku lancar. (Tapi berharap ja yo g’cukup nduk.... Yo dirubah, jo males trus..)


Whatever aku menikmati hidupku. Hidup yang tak terduga. Hidup yang penuh warna. Hidup yang sampai sekarang aku belum menemukan formula ataupun rumus yang pas untuk menjalani liku-likunya. Hidup yang terkadang terasa demikian mustahil dan terasa hampa atau apalah namanya. Seakan ada dunia lain disuatu tempat sana. Dunia yang aku juga belum tahu apa itu. Kadang ingin rasanya membaca pikiran orang disekelilingku. Apa mereka berfikiran sepertiku juga. Tapi aku yakin sedikit banyak pasti berbeda. Karena kita punya karakter masing-masing yang setiap satunya memiliki keunikan tersendiri. Dan inilah aku!!!





Hiks..


Akhirnya ketahuan juga seberapa dalam aku merogoh sagu untuk mbenerin HP mungil ku itu. Baru saja aku dateng ke mas servise dekat gang VIII itu. Katanya 150 ribu. Wuach, menguap sudah anganku untuk singgah sebentar ke Ampel sebelum liburan nanti. Aku harus puasa berapa hari ni buat ngeluarin sebanyak itu!!! Tapi bentar lagi dah libur kan... (Iya sich, tapi...)
Pada akhirnya pengalaman lagi pengalaman lagi. Dilarang nentang dawuhnya ortu. Pamali. Dibilangin jangan naik perahu malah nekat. Di tambah berenang lagi. Duasar....
Ini foto q ma Nokia 1208 ku waktu masih sehat dulu. Alhamdulillah masih sempat mengbadikan.
Kalau yang ini pas hari naas itu. Happy sich kayaknya. Sempet berenang sebentar juga. Berenang!!! mana bisa aku renang. Cuma jalan-jalan sambil ngambang ja dibukit pasir. Wuach....

Seminggu ini libur pegang HP. Kayaknya malah lebih nich. Cz tadi pas tanya masnya, kalaupun ganti semua paling cepet 2 ato 3 hari gitu katanya.
Ya wis lah... Mau ujian kok...
Nggih mpun nggih, mw browsing apa gitu dulu.Kasus pidana kehormatan ma perdata Islamnya lum rampung. See ya...





17 Juni 2009

Nokia 1208ku

Beberapa hari ini terasa ada yang berbeda dengan keseharianku. Bukan berbeda karena ada yang baru. Tapi berbeda karena ada yang hilang.
Bukan hilang sebenarnya. Lebih tepatnya istirahat dulu kali ya... Beberapa hari tanpa memegang HP rasanya kok gimana.... gitu. Pernah ngrasain Nggak? Aku pun juga tidak habis pikir. Bagaimana bisa benda semungil itu seakan kebutuhan yang demikian primer hingga harus ada dalam setiap detik aktivitas. Apa hanya aku sja yang merasakannya.. Sayangnya aku belum sempat bertanya kepada orang sekitarku bagaimana perasaan mereka tanpa membawa benda mungil itu.
Harusnya aku bisa biasa seperti dulu sebelum punya HP. Santai. Gak pegang HP juga g’bikin laper (Maksude???). Tapi gak tahu kenapa emang dasar akunya aja, apa emang umumnya manusia akan demikian terasa kosong ketika tiba-tiba harus break dari sesuatu yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. (Kayaknya lagi laper ya??? Kok dari tadi laper, makan trus yang diomongin). Kaya mas-mas yang biasa ngrokok trus tiba-tiba gak boleh kayak gitu kali ya...
Cerita aku break dari HP ini berawal hariSabtu lalu (13 Juni 2009), aku dan keluarga besar pesantren mahasiswi yang kurang lebih 70 orang gitu berdarmawisata ke pantai Kenjeran. Bukan darmawisata sich rencananya. Katanya ingin outbond buat refreshing sebelum menghadapi UAS semesster genap yang terasa horor itu (bagiku aja kali...). Ternyata refreshing yang diharapkan berujung pusing buatku. Yo gak pusing gimana, merogoh kocek lagi nich buat dana tidak terduga.
Tapi sebenernya salahku juga sich. Dah jadi kebiasaan kalau mau pergi kemana gitu pamit rumah, ya walaupun beliau berdua nun jauh disana, setidaknya tahu apa saja aktivitas anaknya yang satu ini. Dan tidak lupa diiringi wejangan hati-hati dsb. Namun hari itu wejangannya plus diusahakan tidak naik perahu dipantai itu. Menurut beliau berdua ombaknya lagi g’bagus gitu. Tapi ya emang dasar diriku aja yang ga’ beres. Dah dipesenin jangan malah nekat naik. Malah nyebur bareng arek-arek lagi. Parah!!!
Sebenarnya aku dah taruh tu Nokia 1208 ditempat yang cukup aman alias di dalam tas. Hanya saja kondisi kapal yang tidak mungkin tenang ditengah gelombang membuat tas mungilku oleng kesana kemari tanpa aku sadari. Apalagi setelah arek-arek kebanyakan nyebur di bukit pasir siang itu otomatis tidak banyak yang perhatian ma keadaan tas itu. Apalagi itu bukan milik mereka. Walhasih tas berisi HP plus mukena n baju ganti itu menggelinding ke ujung kapal yang cekung dan tegenang air disana.
Aku baru sadar kejadian itu ketika kami sudah hampir mencapai bibir pantai dan mulai mengkondisikan kontribusi yang harus kami bayar untuk pemilik perahu. Otomatis aku mencari-cari tas itu karena memang disana semua perbekalanku aku simpan. Dan begitu kutemukan sudah dalam keadaan basah kuyup. Setelah aku hitung-hitung lagi, kira-kira HP itu sudah basah kurang lebih beberapa menit. Adapun kesimpulannya, HP itu bukan hanya kecelup air laut lagi, tapi sudah berendam!!!
Sampai hari ini aku belum tahu bagaimana kabarnya. Setahuku hanya masnya kemarin malam bilang kalau tu HP dah konslet. Kalau baterainya dipasang, senternya langsung nyala. G’pa2 wis HPnya yang konslet, daripada orangnya. Kan ya malah gawat. Mana mau ujian lagi.
Yang lebih mengharukan, keduanya legowo banget ketika aku crita HPku berendam di air laut. Mungkin Bapakku melarangku naik kapal itu karena paada malam sebelumnya beliau bermimpi ketika menyalakan diesel untuk mengairi sawah, tiba-tiba mati begitu saja karena tergenang air. Khawatirnya aku kali ya yang tenggelam di laut, tapi ternyata HPku. Alhamdulillah...
Whatever, aku belajar dari semua ini. Di larang bandel sama perintah orang tua!!! Sekarang tinggal menunggu mas servicenya minta dibayar berapa buat mbenerin tu HP. Doain g’mahal-mahal yo... Hiks...




06 Juni 2009

Duh! Betapa Pelupanya Aku Ini!!!

Hufh, sampai sekarang aku jg g’habis pikir. Mengapa aku sepelupa ini… Bagaimana tidak, dalam satu moment aku bisa berkali-kali lupa. Ketika berangkat kuliah misalnya. Sudah pakai kaos kaki tinggal berangkat, kembali lagi ke kamar untuk mengambil barang-barang yang ketinggalan. Dalam satu waktu itupun aku bisa beberapa kali kembali ke kamar. Mulai ketinggalan pena, kitab undang-undang, sampai ketinggalan handphone. Halah! Kalau sudah begitu pasti teman-teman yang menungguku rajin meneriakiku. Tapi ada saja yang mau setia menantiku. (Makasih ya cak mak,he…)
G’hanya waktu berangkat kuliah saja lupa itu muncul. Tapi seaktu-waktu. Sampai-sampai kadang rasanya tersiksa kalau sudah seperti itu. Bisa dibayangin, masa hanya untuk persiapan nyuci seember besar pakaian, aku harus turun naik tangga dari lantai satu ke lantai dua lebih dari tiga kali. Mulai sabun cucinya yang ketinggalan, kaos kakinya dan masih banyak lagi dech yang lainnya yang sering terlupakan. Nyuci aja belum, udah capek duluan. Dan akhirnya, capek dech…
Sebenarnya aku enjoy-enjoy aja sich kalau lupa ini g’banyak membawa petaka. Tapi masalahnya menimbulkan banyak masalah juga. Akhirnya aku g’bisa enjoy juga dech… Makanya sampai cerita sama kalian-kalian begini. Entah dah berapa kali aku lupa g’nyabut kunci motor pas bepergian. Kalu dirumah sich masih mending aman. Bayangin ja kalau lagi dipinggir jalan protokol di kotaku, di parkir pusat perbelanjaan, sampai diparkiran ma’hadku juga pernah. Walah! Kalau sudah begini parah dan aku ceritakan ma ortu di rumah, bisa-bisa dicabut tuch kartu SIM kesayanganku. Kalau tu jimat dah melayang, wah alamat g’ bisa maen nich, he…



Pernah lihat film Korea yang judulnya Alzheimer g’? Wuih, aku sempet kaget juga ternyata ada ya penyakit lupa yang sedemikian ganasnya. Sampai-sampai mb’-mb’ aktrisnya itu lupa segala hal yang terjadi dalam hidupnya termasuk suami yang sangat dicintainya. (hiks… sedih!). Jadi kebayang, yo po kalau sampai aku melupakan orang-orang terchayank yang ada dalam hidupku!!! Na’udzubillah… Tapi g’semua hal aku gampang lupa lho…. Ada beberapa mustatsnayat,he…
Kebiasaan lupaku ini ternyata g’mudah menyerang kalau berhubungan dengan seseorang. He… (Jadi malu mau ngelanjutin) aku sendiri juga g’habis pikir. Kok bisa loh sampe segitunya. Dah hampir setahun usahaku belum ada hasilnya. Maksudnya ya hasil 100% lupa. Padahal aku sudah tidak banyak bertukar kabar dengannya meskipun hanya sekedar telpon ataupun sms. Tapi setidaknya tidak separah pada bulan awal-awal dulu itu. Yang sampe sembab-sembab itu… (Sapa to nduk?) Ada dech… He…
Masalah lupa yang membawa petaka kepada banyak orang pernah juga aku alami. Rasane pingin nuangis terus. Malu, g’enak hati pokoke ngrasa bersalah buanget dech. Critanya berawal ketika suatu hari ada kegiatan Lintas Alam dari ekskul kepramukaan pada suatu hari Jum’at. Kegiatan itu rencananya akan berlangsung dari kamis sore hingga jum’at siang setelah Dzuhur. Otomatis peserta pecinta Lintas Alam ini butuh logistik yang ekstra buat kegiatan yang demikian menghabiskan tenaga ini. Kebetulan aku yang dimintai tolong menyampaikan pesan itu.
Awalnya kakak panitia merencanakan memesan 130 bungkus nasi pecel buat sarapan para peserta tersebut. Tapi ternyata dengan segala pertimbangan ada penambahan sebanyak 50 bungkus untuk persediaan panitia, kakak pembimbing dan peserta yang masuk pendaftaran di akhir deadline. Dan tugas itulah yang meraka bebankan padaku. Ringan sebenarnya, hanya memnyampaikan pada temanku yang kebetulan kepada ibunyalah kami memesan nasi, tambah 50 bungkus.. Itu saja!. Tapi entah ada angin apa penyakit pelupaku hari itu kambuh. Pesan itu tak tersampaikan.
Hingga akhirnya pada hari kegiatan itu terlaksana. Akupun mengikutinya dengan penuh semangat. Karena dalam bayanganku akan ada banyak pengalaman baru di depan sana. Di sepanjang jalan lintas alam ini nanti. Lintas alam dimulai setelah selesai acara apel pagi. Setelah malam sebelumnya telah ada kegiatan tersendiri yang telah terlaksana sesuai jadwal. Perjalanan hari itu kurang lebih 4-6km. Namun jangan dibayangkan dengan perjalanan yang mulus tanpa ada hambatan. Tidak sampai satu jam mereka akan kembali ke empat pemberangkatan jika tanpa ada pos dengan srentetan tugas yang ada saja dan beberapa bukit yang tekadang serasa lebih tinggi dari yang kami lihat.
Perjalanan itu terasa menyenangkan memang. Sampai akhirnya perut kami sudah mulai keroncongan. Maka mulailah disana sini terdengar kicauan yang menyuarakan aspirsi perut mereka masing-masing. Yang aku dengar panitia memang mengagendakan sarapan pukul 9 disuatu lapangan yang cukup nyaman. Tapi entah karena apa yang aku pun belum tahu apa masalahnya rencana itu tidak terlaksana. Sampai akhirnya aku di panggil oleh kakak panitia yang kemarin meminta tolong padaku itu.
“Dik, pesennya dah disampaikan kan sama ibunya dik Rani kalau nasinya nambah 50?”, Tanya mbak Fida gugup. Mbak Fida memang panitia bagian logistik dalam kepanitiaan acara itu.
“Astaghfirulloh mbak, aku lupa menyampaikannya. Maaf banget ya mbak… Jadi sekarang masih kurang 50 dong… Gimana mbak… Sekali lagi maaf banget nggih…”. Akupun juga gugup menyadari kesalahanku itu.
“Ya sudah dik ga’ pa2. Tambahannya dah dicarikan kok sama mas-mas panitia yang lainnya, g’pa2 ya sarapannya agak mundur, nunggu tambahannya, kasihan kalu yang satu dah sarapan yang lainnya belum”. Kata mbak Fida sambil menepuk pundakku.
Saat itu mataku sudah berkaca-kaca. Ada rasa bersalah yang demikian sangat di hati ini. Bagaimana tidak. Teman-temanku yang notabene dari pagi belum sarapan harus bertahan hingga pukul 10.30 tanpa sesuap nasipun. Belum lagi nasi pecel itu sudah tak sedemikian lezat lagi kalo dibuka pada jam sekian. Karena memang sudah dibungkus sejaak pagi oleh ibunya Rani. Di tambah lagi kepanitiaan yang kalang kabut mencari tambahan nasi pecel dengan lauk yang sama sesiang itu dengan jumlah 50 bungkus. Ach, rasanya salah itu tertuju semua padaku.
Memang pada akhirnya teman-temanku tetap bersemangat hingga acara penutupan lintas alam itu. Meskipun dengan sedikit kecewa jatah makan pagi mereka bergeser beberapa jam. Tapi suara-suara sumbang akan kemampuan kepanitiaan itu yang juga membuatku semakin merasa bersalah. Itu bukan salah mereka, tapi harus mereka yang menanggung malunya. Dan itu semua karena seorang aku yang pelupa ini. Pokoknya jadi sedih dech kalo ingat yang satu ini. Kenapa yang ini gak lupa ya… Kan bikin sedih… Hiks!
Ternyata benar harapanku di awal mengikuti lintas alam itu. Berharap mendapatkan pengalaman yang baru. Dan pengalaman itu ya itu tadi…. Oalah to nduk!. Tapi mudah-mudahan penyakit ini gak menyerang ujian nanti. Gila aja kalo di tengah ujian semua memori selama kuliah itu terlupakan. Na’udzubillah dech pokoke.
Salam buat teman-temanku seperjuangan yang aku banggakan. Met menempuh ujian ya kawan! Moga kesuksesan bersama kita semua. Amiin…
Don’t forget trus to nduk!!!

20 Mei 2009

ROMANTISME SENJA SORE ITU

Mendung sore itu memang tidak bersahabat. Entah kapan datangnya tiba-tiba saja awan gelap meliputi langit kota kecilku ini. Padahal seingatku ketika mulai masuk ke kost Fadhilah, kemudian berbincang-bincang dengannya, tidak memakan waktu yang cukup lama. Apa hanya perasaanku saja yang mengatakan demikian? Karena memang kami telah cukup lama tidak bertemu. Hingga pertemuan yang sebenarnya cukup melelahkan hanya untuk ngobrol itu terasa demikian singkat.
Aku dan Tami singgah dikost Dhila setelah seharian berkeliling seantero kota Ponorogo. Ku perlihatkan kota kecilku yang sering kuceritakan padanya itu. Mulai bermain kerumah salah seorang teman di selatan kota, shalat Dhuhur di masjid agung kota Ponorogo, dan rencananya bermain ditaman kota dekat alun-alun sore nanti setelah ashar.
Bermain ke sana tidak lengkap jika tidak mampir ke Graha Krida Praja. Mencoba menapaki lantai 8 bangunan tertinggi di kotaku itu. Sekalian bercengkerama bersama singa-singa yang kokoh di depan pendopo. Patung-patung singa tepatnya. Menelusuri sejarah Jawa kuno yang penuh mistik dengan balutan cerita cinta Dewi Songgolangit putri Kediri yang patungnya anggun ditengah air mancur taman. Putri yang keelokannya membawa Klono Sewandono mempersembahkan kesenian Reog untuk meminang sang putri diantara para pelamar lain yang tidak sedikit jumlahnya.
Cuaca memang kurang pas saat jam-jam sekian. Panas yang masih menyengat bisa mengucurkan bulir-bulir keringat sebesar jagung. Akhirnya kami putuskan mampir untuk silaturahmi sekalian shalat Ashar di kos salah satu temanku. Atas usulku tentunya. Ku belokkan kearah kiri kuda besi yang sebenarnya telah tepat berada di depan pendopo alun-alun.
“Nanti sajalah Tam kesininya, masih panas banget gini…”
“Yoi, ku ngikut sajalah, kan kamu yang lebih tahu sudut-sudut kotamu”.
Saking asyiknya ngobrol ngalor ngidul aku tak menyadari kalau mendung itu sudah mulai bergelayut di atas sana. Sampai sebuah sms masuk kelayar hp di salah satu kantong tasku.
“Nduk, sampun sonten kok dereng mantuk, tasik wonten pundi?”
Sender: Aby asy Syafiq +6285259644xxx
Sent: 29 Jan 2009 16:15:26
Langsung saja kujawab kalau aku masih bertamu di kost Dhila dan akan segera pulang ke rumah. Beliau sudah faham siapa Dhila, karena dia sudah beberapa kali berkunjung ke rumahku. Aku lupa waktu. Kalau sudah begini orang rumah pasti khawatir sekali. Apalagi dengan keadaanku sekarang yang tidak sendiri. Maksudnya aku mengajak seorang teman, Tami, yang sedang singgah di rumah kecilku di awal liburan semester III ini. Pastinya mereka tidak hanya menghawatirkanku saja, tapi juga tamu yang aku bawa tentunya.
Di tengah perbincangan aku keluar. Sampai Dhila dan Tami heran.
“Ada apa Fid, masih enak-enak ngobrol kok ngeloyor gak pake pamit?”, tanya Tami sambil mengikuti langkahku yang mulai beranjak dari tempat duduk.
”Mendung nich, kok ndak ada yang kasih tahu sich… Kalau nanti kehujanan gimana dunk! Mana belum shalat ashar lagi…” Gerutuku pada mereka sambil menunjuk ke arah langit yang mulai di penuhu awan gelap disana-sini.
“Sapa juga sich fid yang tahu, dari tadi lho kita di dalam semua, yaw dach shalat dulu aja kalo gitu”, saran Dhila sambil mengangsurkan sandal jepit khusus kamar mandinya.
Langit memang sudah di penuhi awan gelap. Seakan hujan tinggal turun sewaktu-waktu bahkan dalam hitungan detik. Kamar kost ukuran 2x3 itu jika ditutup pintunya memang tidak begitu jelas jika ingin melihat keluar. Apalagi dengan kaca jendelanya yang tidak begitu terang ditambah gordennya ditutup. Lebih-lebih rerimbunan pohon mangga yang menjulang didepan kamar kost Dhila itu pastinya juga menghalangi pandangan kami. Segera kami shalat dan bersiap pulang. Yang pastinya dengan segala kemungkinan kehujanan dijalan.
Sebenarnya Dhila sudah menyarankan untuk menginap saja di kostnya. Karena dia di sana pun tinggal sendiri. Beberapa kamar kost di sampingnya masih terlihat kosong tak berpenghuni. Kos-kosan itu memang tidak dibuka untuk umum. Dia bisa menempati tempat itupun karena masih ada hubungan keluarga. Tapi dengan segala pertimbangan aku putuskan pulang. Bukan hanya karena tidak enak saja dengan tamuku yang satu ini yang pastinya masih asing dengan Dhila yang baru dia kenal, terlebih juga mempertimbangkan kekhawatiran kedua orang tuaku dengan serentetan smsnya. Memang susah jadi anak perempuan satu-satunya.
Segera ku geser motor hasil jerih payah bapakku itu dari pelataran kost Dhila. Kuangsurkan helm kepada Tami yang juga sudah siap berangkat meneruskan perjalanan kami seharian itu.
“Dik, mendung banget ni, beneran gak mau nginep sini aja?” Dhila memang terbiasa memanggilku dik. Selain karena usianya terpaut 1 tahun lebih sedikit denganku, juga karena aku memanggilnya mbak. Calon mbak buat mas sepupuku.
“Gak ah mbak, lain waktu saja. Kalau gak cepet pulang bisa-bisa dismsin trus ni ma bapak. G’pa-pa yach!” Aku sudah siap diatas motor lengkap dengan helm. Ku benarkan lagi letak jas hujanku digantungan depan dibawah kunci.
“Hati-hati dik, kalau dah sampe rumah sms ya… salam buat Bapak Ibu”. Dan seulas senyum manis itu tersungging dibibirnya. Memang itu mungkin alasan mas sepupuku memilih dia. Bukan hanya manis senyumnya, tapi juga manis hatinya. Dan lambaian tangannya pun tak luput mengantarkan kami yang semakin lama semakin menghilang setelah kami membelok ke arah kiri disebuah perempatan kecil.
Dan motor yang setia menemaniku itu pun mulai melaju di bawah naungan awan hitam menembus jalan-jalan protokol kota Ponorogo. Kulirik Tami yang terlihat resah ku bonceng di belakangku. Pasti dia juga khawatir jarum-jarum air itu turun sewaktu-waktu. Namun sesekali sepertinya dia juga mencoba menikmati keelokan kotaku disore hari itu.
‘Rek, ga’ pa-pa ya kalau kehujanan?” kataku di tengah deru motor yang masih mencoba melaju di tengah jalanan berdebu sore itu.
“Ga’ pa-pa Fid, santai ae wis…. Ya kalau nanti hujan ya berteduh di pinggir jalan”. Belum sempat kata-kata itu selesai di ucapkannya, ternyata rintik-rintik kecil itu sudah mulai berjatuhan satu-satu.
Awalnya aku masih menikmatinya. Aku belum berhenti untuk berteduh ataupun hanya sekedar berhenti barang sebentar untuk memakai jas hujan di gantungan itu. Aku menikmatinya seakan ada romantisme tersendiri kalau sedang gerimis seperti ini. Ada susana syahdu penuh haru biru di relung kalbu. Ya, karena ada kenangan diperjalanan ditengah gerimis kecil semacam ini. Tapi lama kelamaan semakin lebat saja titik-titik airnya. Hingga kerudung biru berbunga kesayanganku ini mulai basah disana-sini dan wajahku terasa perih tertusuk tajamnya jarum-jarum air itu..
Segera kubelokkan motorku tepat di parkiran depan sebuah hotel dipinggiran kotaku. Ya walaupun kecil, ada lah hotel di kotaku ini. Aku memilih tempat itu karena memang kebetulan hujan mulai deras disana, pun juga tempat parkirnya cukup luas dan leluasa untuk berteduh. Selain itu bukan hanya aku saja yang berteduh di sana. Masih ada seorang bapak penarik becak dan seorang pemuda pengendara sepeda motor yang juga sedang menanti curahan air dari langit itu mulai reda.
Segera ku lepas helm yang tadi sudah kupakai sejak dari kos Dhila. Ku lihat Tami pun melakukan hal yang tidak jauh berbeda. Dan dengan sedikit mengibas-ngibaskan jilbab biruku aku mencoba menahan laju basah terpaan hujan tadi. Jadi gak nyaman gimana gitu rasanya kalau sudah basah-basahan begini.
“Yo po rek hujan gini…, ”
“Ya dah, mau gimana lagi. Nunggu redanya sekalian aja. Kayaknya hujannya bakalan cukup lama ni”. Kata Tami yang mulai mencari tempat duduk yang cukup nyaman untuk berteduh di tengah derasnya hujan. Masih ku lihat lalu lalang kendaraan yang nekat menerobos derasnya hujan. Aku lebih memilih berteduh saja. Karena kadang tetesannya itu terasa tajam dan menusuk kalau sedang deras-derasnya. Apalagi jika di tambah mengendara dengan kecepatan agak tinggi, pandangan yang mulai kabur membuat nyaliku ciut untuk bisa sampai dengan selamat sampai rumah.
Sambil menanti hujan reda kami berbincang mengenai perjalanan liburan kami beberapa hari ini. Mulai mengulang kisah dia pertama kali sampai di terminal kotaku disambut dengan hujan yang deras pula, sampai rencana esok hari akan pergi kemana lagi. Aku jadi kasihan sama Tami, sejak awal datang kok disambut hujan terus. Tapi ya mau bagaimana lagi, memang sedang musimnya. Tapi yang menyedihkan semacam ini biasanya lebih menggoreskan kesan yang berbeda. Perbincangan itu masih mengalir seperti genangan-genangan kecil dipinggir jalan itu hingga seorang bapak penarik becak yang juga berteduh tadi menyapa kami.
“Saking pundi mbak, daleme pundi lho?”
Kami pun memutuskan perbincangan kami, kemudian mulai dengan perbincangan baru dengan beliau. Beliau menanyakan kami datang dari mana, dimana alamat kami hingga sampai pelataran parkir hotel kecil itu sore-sore seperti ini. Sempat kulihat beliau membersihkan lumpur-lumpur dan beberapa dedaunan kering yang menempel di tangannya. Kulihat tadi beliau membenarkan selokan kecil diujung pelataran parkir yang tergenang tidak bisa mengalir karena ranting-ranting kecil. Masih ada orang peduli walaupun atas barang yang bukan miliknya ditengah kehidupan yang semakin hari semakin keras ini.
Awalnya perbincangan kami hanya mengalir biasa berkutat tentang kegiatan sehari-hari. Mulai kuliah dimana, sudah berapa lama kuliahnya dan perbincangan biasa diantara orang yang baru pertama kali bertemu. Sampai pada saat sms dari bapak masuk menanyakan kembali dimana posisiku sekarang. Segera kusampaikan pada beliau kalau aku masih berteduh di tengah hujan lebat di depan hotel Ramayana. Karena aku tidak ingin beliau khawatir sesore ini aku belum sampai rumah. Sepertinya beliau mengamati aktifitasku membaca sms itu dan membalasnya. Tiba-tiba perbincangan itu lebih terasa berbeda bagiku.
“Sudah lama ya mbak pegang hp?” Tanya beliau tiba-tiba. Kujawab saja kalau kira-kira satu setengah tahun ini. Memang aku baru bisa membawa benda bertuts ini setelah aku keluar dari pesantren dan meneruskan kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Islam Negeri di Surabaya. Dan cerita beliaupun mengalir begitu saja.
“Dulu sebelum ada hp, saya masih banyak pelanggan mbak. Mangkal dipinggiran jalan masih ada yang membutuhkan becak ini”, kata beliau sambil mengelus kecil becak itu. Kulihat memang sudah agak tua. Sepertinya memang sudah sekian lama menjadi sumber penghidupan beliau. Tapi sepertinya tidak rapuh dan masih kukuh sebagaimana pemiliknya yang sekarang berdiri di sampingku. Dan hujanpun sepertinya masih enggan beranjak dari sini. Begitupun awan gelapnya.
“Maksud bapak pripun? Sekarang masih demikian kan pak? Sabut kelapa ini memangnya minta diantar kemana Bapak?” Sahut Tami prihatin, mencoba ikut merasakan kegundahan yang beliau coba bagikan kepada kami.
“Ini dari pasar mbak, buat ibunya anak-anak. Ya buat masak, kayu mahal, apalagi minyak tanah dan gas”. Ach ada rasa yang tiba-tiba menyelusup di relung kecil hatiku ini.
“Sekarang setelah banyak yang punya hp, orang-orang bisa saja menghubungi orang-orang dirumahnya. Minta dijemput dimana tinggal sms atau telpon. Lha terus gimana dengan kami-kami kaya gini”. Kata beliau dengan seulas senyum. Senyum getir.
“Lha terus sekarang dimana pak mangkalnya. Masih dipinggir jalan seperti dulu?”. Perbincangan itu kian terasa hangat di tengah angin dingin hujan deras sore itu. Alhamdulillah tidak diwarnai petir-petir yang menggelegar.
“Ya Alhamdulillah mbak, walaupun tidak sebanyak dulu setidaknya sudah cukup lah buat saya sekeluarga. Kalau tidak ada langganan mengantarkan anak-anak sekolah ataupun taman kanak-kanak dari perumahan Griya Asa saya tidak tahu dimana lagi saya bisa memutar pendapatan yang sekian ini”.
Memang suatu hal yang biasa di kotaku ketika anak-anak usia sekolah itu diantar jemput dengan jasa beliau-beliau ini. Selain para orang tua yang tinggal di kota dengan segala kesibukannya ini bisa mempercayakan keamanan mereka kepada orang tertentu, tapi juga biayanya yang sepertinya memang lebih murah daripada mereka harus mengikutkan anak-anaknya dengan mobil jemputan sekolah. Lain halnya jika mereka di lepas untuk pulang pergi sekolah sendiri dengan kendaraan umum misalnya. Pasti akan lebih banyak faktor lain yang akan muncul selain kurang aman dan biaya. Tapi juga mereka akan semakin tidak terkontrol tanpa pengawasan orang yang lebih tua.
“Langganannya kelas berapa saja Bapak?”. Tanyaku sambil masih terus berharap hujan ini semakin reda. Bukan karena aku tidak suka berbincang dengan beliau, tapi sore yang semakin mendekati malam ini pastinya akan segera menjelang seperti beberapa lampu jalan yang mulai bersinar redup di keremangan jalan. Sambil sesekali melirik jam tangan hitam yang melingkar di lengan kiriku. Hanya memastikan dan mengira-ngira waktu aku kembali nanti sudah adzan maghrib belum ketika sampai rumah.
“Yang satu masih taman kanak-kanak, ada juga yang kelas 1 SD, dan yang satunya lagi kelas III. Jadi nanti yang SD diantar lebih dulu sekitar jam 7 kurang, yang TK agak siangan sedikit sekitar 07.30. Pulangnya ganti yang TK terlebih dahulu baru yang SD”. Beliau diam sesaat sembari mengamati keadaan sekitar.
“Mbak, sepertinya hujannya sudah tidak terlalu deras, lagipula sudah sore, apa tidak sebaiknya mbak segera pulang saja”. Kata beliau setelah mengamati hujan yang memang sudah mulai berkurang derasnya ini. Ku hulurkan tanganku mencoba merasakan seberapa tajam jarum-jarum air itu menghujam tanganku.
“Oh, Inggih Bapak, matur suwun, kalau begitu kami duluan nggih, sudah ditunggu Bapak Ibu di rumah. Mudah-mudahan rezekinya tambah lancar bapak”. Harapku tulus. Kami pun mulai bersiap dengan segala perlengkapan. Mulai mencari kunci yang tadi saya selipkan disaku, memakai helm dan jas hujan. Ya walau pada kenyataannya kami sudah basah, tapi tak ada salahnya memakainya. Karena bukan tidak mungkin jika didepan sana nanti hujan masih turun deras seperti tadi.
“Amiin… Hati-hati mbak, tidak perlu terburu-buru, jalanan masih licin”. Kata beliau sambil ikut bersiap-siap juga untuk beranjak dari pelataran parker itu.
“Inggih Bapak, monggo… Assalamu’alikum”, kusunggingkan senyum sambil berpamitan kepada beliau. Dan salam itu kudengar sebelum aku memasukkan gigi motorku setelah kupanaskan sebentar setelah kehujanan tadi. Dan aku pun mulai melaju dengan Tami di senja menjelang malam di bawah naungan temaram lampu jalan dan rintik-rintik kecil hujan sore ini.
Entah mengapa perbincangan tadi masih terekam dibenakku. Sampai-sampai aku masih berdialog dengan hatiku sendiri sambil tetap menjaga keseimbangan laju motorku. Seakan aku menemukan romantisme baru di senja sore ini. Bukan romantisme cinta yang katanya indah itu. Tapi romantisme kehidupan yang mempunyai liku-liku tersendiri bagi setiap yang menjalaninya. Dan memang hanya lewat belajar dan pengalaman kita bisa memahaminya.
Dulu aku sempat sedikit berbincang dengan teman-teman dipesantren, apa saja sich madharat hp disamping manfaatnya bagi kehidupan kita ini? Karena kadang kami masih berontak dengan adanya larangan membawa hp di pesantren kala itu. Sebagian dari kami hanya memahaminya bahwa itu akan hanya akan membawa dampak negatif bagi moral mereka, individu-individu yang tidak bisa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Apalagi fitur-fiturnya yang semakin hari semakin canggih itu semakin memudahkan manusia mengekspresikan keinginan-keinginannya.
Tak pernah terpikirkan oleh kami bahwa semua itu akan membawa dampak sosial juga sebagaimana yang dialami bapak tadi. Tidak hanya bapak itu saja pastinya. Bahkan mereka-mereka yang selama ini berjasa seperti tukang ojek, sopir angkot, bus kota dan sebagainya yang juga kehilangan pelanggan dengan adanya kecanggihan teknologi ini. Dan tentunya masih banyak lagi yang lainnya yang mungkin sampai saat ini belum ku pahami sepenuhnya.
Akhirnya disepanjang jalan sore itupun aku dan Tami juga membicarakan pengalaman yang baru saja kami dapatkan. Setidaknya aku tidak berdialog dengan hatiku sendiri lagi seperti tadi. Yang pastinya pembicaraan sambil mengendarai motor yang tengah melaju di perjalanan pulang kami setelah seharian berkeliling kota Ponorogo.
Hingga akhirnya kami sampai di batas desa tempat dimana diriku dilahirkan. Dan dengan basah kuyup dengan rasa dingin yang masih terasa, kami hanya terlongo takjub. Bagaimana tidak!!! Hujan yang mengguyur sederas itu ternyata tidak menetes sedikitpun dijalan-jalan desaku yang masih tetap kering dan berdebu.
Dan gumaman Subhanalloh itu masih kami decakkan hingga sampai depan rumah diiringi tatapan khawatir kedua orang tuaku serta adik manisku yang sedang berlibur juga dari pesantren yang sealmamater denganku. Dan adzan Maghrib di surau ujung gang itu mulai berkumandang seiring dengan berhentinya deru mesin motorku ini. And the last… Senja sore itu semakin terasa romantis lagi ketika kami sekeluarga plus Tami berjalan beriringan menuju surau melewati jalan yang masih saja berdebu tanpa siraman hujan ini.
al Fagheeya Mei 2009



No Idea

Judul ini pernah aku dapatkan di blog seseorang, tapi lupa di mana alamatnya. Tapi yang pasti aku memang sedang no idea sama sekali buat ngisi blog ini dengan posting apa. Aku kadang hanya mencantumkan beberapa lirik nasyid yang sedang aku suka. Padahal masih banyak lagi yang lainnya di liriknasyid.com. Aku pun kadang hanya menuliskan kisah-kisah kecilku, pengalaman-pengalaman yang... ya begitulah. Sedemikian biasa memang buat di bahas.
Kadang aku tidak percaya diri untuk menuangkan semuanya disini. Jika sudah mulai melirik blog milik rekan-rekanku yang demikian wah dengan keintelektualan (dalam pandanganku). Sementara diriku hanya bisa berimajinasi dengan segala hal yang bernafaskan fiksi semacam ini.
Aku memang belum lepas dari tujuan pertamaku membuat blog ini. Blog ini diaryku. Sebelum aku mengenal lebih dekat wajah blog sebelumnya, aku memang memahaminya sebagai diary on line. Itu pun baru kata teman-temanku. Jadi kita bisa menuangkan apa saja yang ada dalam pikiran kita tanpa harus malu dengan hanya menyimpannya menjadi sebuah buku yang hanya untuk diri pribadi kita saja.
Aku membuat blog ini pun hanya untuk kepuasan saja. Kepuasan ketika aku bisa menuangkan apa yang ada dalam pikiranku. Diiringi harapan mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi yang membacanya. Aku demikian senang kalau sudah menemukan blog yang penuh inspirasi dalam menjalani hidup ini. Yang biasanya juga berisi pengalaman-pengalaman kecil yang dipandang dengan kacamata yang berbeda. Seperti blognya mbak Helvy, mas Faiz. Ringan, tapi mengena dalam hati.
Kadang aku merasa apa yang aku lakukan ini sia-sia. Tapi apa salahnya mencoba. Mencoba berbagi. Berbagi dengan sedikit yang kita miliki ini. Sedikit yang siapa tahu brmakna lebih bagi mereka yang mempunyai sudut pandang yang berbeda dengan kita. Sudut pandang yang membaca apa yang di depan mereka dengan arif.
Wah apalah ini. Mungkin hanya sekedar dialog hati yang mengungkapkan kekecewaan atas diri sendiri yang... yah demikian ini.
Tapi sepertinya kekecewaan itu bukan suatu hal yang positif dech! Kenapa harus kecewa dengan segala nikmat yang sudah di berikanNya. Sepertinya aku harus mulai menambah jam pelajaran dengan materi syukur nich!
Ya mpun dulu lah. Apalah ini, yang memang ini yang sekarang ada dalam bilik kecil hatiku. See ya...

Sebuah Pertemuan

Album : See You D IPT
Munsyid : Unic
http://liriknasyid.com

Ketika diri mencari sinar
Secebis cahaya menerangi laluan
Ada kalanya langkahku tersasar
Tersungkur di lembah kegelapan

Bagaikan terdengar bisikan rindu
Mengalun kalimah menyapa keinsafan
Kehadiranmu menyentuh kalbu
Menyalakan obor pengharapan

C/O 1:
Tika ku kealpaan
Kau bisikkan bicara keinsafan
Kau beri kekuatan, tika aku
Diuji dengan dugaan?
Saat ku kehilangan keyakinan
Kau nyalakan harapan
Saat ku meragukan keampunan Tuhan
Kau katakan rahmat-Nya mengatasi segala

(*) Menitis airmataku keharuan
Kepada sebuah pertemuan
Kehadiranmu mendamaikan
Hati yang dahulu keresahan

Cinta yang semakin kesamaran
Kau gilap cahaya kebahagiaan
Tulus keikhlasan menjadi ikatan
Dengan restu kasih-Mu, oh Tuhan

C/O 2:
Titisan air mata menyubur cinta
Dan rindu pun berbunga
Mekar tidak pernah layu
Damainya hati
Yang dulu resah keliru
Cintaku takkan pudar diuji dugaan
Mengharum dalam harapan
Moga kan kesampaian kepada Tuhan
Lantaran diri hamba kerdil dan hina

Ulang (*)

Syukur sungguh di hati ini
Dikurniakan teman sejati
Menunjuk jalan dekati-Nya
Tika diri dalam kebuntuan

Betapa aku menghargai
Kejujuran yang kau beri
Mengajarku mengenal erti
Cinta hakiki yang abadi

Tiada yang menjadi impian
Selain rahmat kasih-Mu Tuhan
Yang terbias pada ketulusan
Sekeping hati seorang insan
Bernama teman




13 Mei 2009

Bunga Mini sewaktu kecilku duluw


Sampai sekarang aku belum tahu apa nama bunga berkelopak mini ini. Bukan karena tidak indah jika dirangkai bersama indahnya bunga yang lainnya hingga tidak dikenal oleh banyak orang. Tapi ini memang mini. Diameter kelopaknya saja tidak lebih dari seperempat centimeter. Jadi sungguh wajar sekali jika bunga sekecil ini lepas dari pengamatan banyak orang. Mungkin hanya ditemui para tetenggaku yang merumput di pematang-pematang sawah untuk pakan ternak mereka. Itu pun jika mereka memeperhatikanya. Dan entah mengapa aku meliriknya waktu itu. Ya waktu itu. Waktu kecilku.
Bunga inilah yang menemani hari-hari sepiku tanpa teman. Dulu semasa kecilku, aku tidak begitu punya teman sebaya perempuan yang rumahnya cukup dekat hingga aku bisa bermain dengannya sepanjang waktu. Yang ada hanya beberapa teman laki-laki. Pastinya mereka tidak berminat dengan bunga. Aku hanya sendirian bermain di pematang samping rumahku. Dengan bunga-bunga mini ini.


Ya sendiri. Aku sendiri walau aku masih cukup beruntung mempunyai saudara kecil semanis dia. Adikku. Rasanya dulu belum ada ikatan emosional yang terjalin antara aku dan dirinya. Selain dipengaruhi usia kami yang sama-sama tumbuh dalam usia yang kecil bersama, tapi juga kerinduanku atas sosok seorang kakak. Seakan kerinduan itu menghapus sejenak dia dari dalam benakku. Tapi tidak untuk sekarang. Kami telah sama-sama tumbuh bersama. Setidaknya aku ada ketika dia membutuhkanku begitupun sebaliknya. Hanya jarak saja yang memisahkan kami sekarang ini.
Sebenarnnya bukan hanya bunga itu saja. Ada banyak yang lainnya. Bunga kecil berwarna ungu, rumpun-rumpun rumput kecil dengan buah berwarna hijau yang biasanya kusebut anggur, atau ilalang kecil. Ach masih banyak lagi yang lainnya. Dan kemudian bunga-bunga itu kurangkai menjadi buket mini. Setelah itu hanya ku taruh di salah satu sudut rumaku hingga mengering dengan sendirinya. Yang pasti rumpun-rumpun itu akan sulit sekali aku temukan disini. Di Surabaya tembat aku mengenal dunia baru. Bangku kuliah.
Jangan dibayangkan kalau aku bermain dengan bebungaan aku ini gadis yang girlie. Tapi lingkunganku yang kebanyakan hanya berkutat dengan para cowok membuatku punya pengalaman bermain yang beragam. Sampai sekarang aku masih ingat bagaimana aku melewati hari-hari bermain kala itu. Ya walaupun tidak seluruhnya seratus persen. Tapi setidaknya beberapa bagiannya.
Seingatku aku hanya punya satu boneka ketika aku kecil.. Boneka plastik berwarna merah berbentuk gadis kecil yang membawa sebuah keranjang kecil. Tidak ada yang menarik darinya. Kecuali bunyi yang keluar darinya ketika perutnya ditekan. Memang ada semacam terompet kecil diatas kepalanya. Itupun smpat rusak tak mau berbunyi sampai akhirnya dibenahi kakak sepupuku yang dulu telah berkuliah di teknik mesin. Tidak seperti teman-temanku yang bonekanya bejibun banyaknya.
Dulu sepulang sekolah kami pulang lebih akhir sekali hanya karena mencoba memetik mangga di rumah salah satu tetanggaku. Kami yang seharusnya paling tidak sampai rumah sekitar jam 10 pagi terlambat sampai jam 11.30. Itu pun dengan tangan hampa. Dan seingatku akulah satu-satunya perempuan diantara mereka. Ini ketika aku masih duduk kelas satu sekolah dasar.
Disisi lain kebiasaanku yang lainnya juga tak selazimnya gadis kecil dimasa itu. Kebiasaan terlambatku ketika duduk di kelas dua ternyata masih lestari alias berlanjut sampai sekarang (Hee… maaf ya pak Dosen…). Kebetulan memang kelas dua masuk kelas pukul 09.30. Setiap hari Sabtu di sebuah stasiun televise ditayangkan acara masak memasak yang aku gemari. Ya walaupun hingga saat ini belum mahir mengolah bermacam-macam bahan masakan, setidaknya aku sudah rajin nonton acara semacam itu dari kecil. (Huehe…)
Acara itu mulai ditayangkan jam 09.00 dengan durasi waktu 30 menit. Otomatis aku berangkat ke sekolah yach jam segitu. Dan jelaslah sudah plus otomatis aku terlambat. He….. Kebetulan alias beruntungnya pula, Kedua orang tuaku telah berangkat berpeluh keringat membanting tulang di sawah kami. (Ngapunten nggih bapak, ibu… anakmu yang satu ini memang bandel…) Tapi g’ sering kok. Paling Cuma seminggu sekali. Hari sabtu ajach. (Halah ngeles… seminggu sekali yo sering nduk…)
Masih banyak lagi lah pokoke kenakalan-kenakalan di masa kecilku. Mpun dulu nggih… Kapan-kapan disambung lagi. To be continued ke lain waktu yang belum tahu kapan. Oke! See ya…
By the way, bagaimana dengan masa kecilmu? Seindah seperti masa kecilku yang penuh kenakalankah?he…. Bagi-bagi dunk!


Titian Pelangi

Sekali lagi aku katakan. mengirimkan karya tulis belum menjadi suatu hal yang biasa untuk seorang makhluk bernama diriku. Entah mengapa rasa kurang percaya diri, merasa tak layak dan sebagainya selalu menghantuiku. Dan hanya dengan paksaan seorang sahabat lagi aku mencoba mengekspresikan apa yang ada dalam diriku. Walaupun beberapa bait katanya aku mix n match dari beberpa anasyid yang pernah aku dengar, puisi ini rasanya kok gimana gitu. Gimana gitu itu maksudnya kok gak terlalu beres. Tapi gak tahulah ini yang muncul saat itu.
Ini ekspresi kebanggaan sekaligus kebahagiaan tersendiri adanya aku diantara mereka. bagaimna tidak. Belajar bersama mereka yang notabene paling dimasing-masing pesantrennya. Sedangkan aku? Tanda tanya tadi rasanya kurang besar untuk menggambrkan pertanyaan tadi. Apalah ini. G'tahu. He...

TITIAN PELANGI

Disini, kita pernah bertemu
Bersama
Mencari warna seindah pelangi
Meniti tangga warna-warninya
Yang kadang merona, cerah, ceria
Pun pula suram, kelam, duka

Aku ingat kau pernah berkata
Ah, aku lelah kawan
Tangga ini penuh onak dan duri
Debunya pun mengaburkan mataku
Dan segurat kecewa itu ada disana
Di bibirmu

Ingat kawan
Titian pelangi ini titian perjuangan
Titian yang akan menghubungkan harapan kita
Dengan gemilang cahaya
Yang kemilau panca warnanya

Jangan berharap tangga ini sepi rintangan
Itu hanya akan menjadi harapan berkepanjangan
Yang tak akan pernah datang
Bagai rembulan di tengah siang

Dan lantas kemudian
Angin itu mengalir beralun
Membawa sejumput harapan dan selambai ajakan

Hati-hati kawan mendaki setiap titian
Titian itu mudah lapuk, cair dan runtuh
Marilah kita melangkah bersama
Agar lengan ini bisa saling menguatkan
Kala salah satunya melemah dan patah

Doakan pula daku ini
Doakan aku disetiap langkahku
Karena doamu penyejuk kalbu

Dan terhulurlah tangan lembut itu
Dengan sebaris senyum mesra
Kembali meniti langkah bersama
Mendaki titian pelangi
Hingga kelak nanti di sana

al Fagheeya ‘09


Antara Aku, Ibu dan Bunga


Bunga mewakili segalanya. Begitulah yang aku baca di buku keajaiban bunga ini. Buku yang awalnya aku temukan di geogle search ini kemudian bisa ku beli beberapa waktu setelahnya. Memang ini buku cetakan 2 tahun yang lalu, tapi menurutku buku cetakan kapanpun pasti berasa baru ketika kita membacanya pertama kali. Buat teman-teman yang penasarn, bisa langsung contact person langsung ke kamarku untuk membacanya. Harus dikembalikan lagi tentunya.
Bunga memang tak selamanya melambangkan keindahan dan cinta saja. Bunga juga melambangkan persahabatan, amarah bahkan mistik bin magic. Bunga juga mewakili banyak ekspresi. Mulai dari cinta, duka cita, maaf, terima kasih, dan masih banyak lagi yang pastinya beragam sesuai dengan sudut pandang masing-masing orang. Begitupun dengan diriku.


Sama halnya dengan perempuan lainnya, aku yang walaupun kadang masih meragukan keperempuananku ini (lho… ???) juga pencinta bunga. Mulai bunga asli, artifisial sampai bunga maya alias image-image dilaptop temen-temenku itu tak luput dari pengamatanku. Apa lagi bunga yang bersegi lima. Entah mengapa ada daya tarik sendiri buatku. Jangan tanya apa alasannya. Karena sampai sekarangpun aku juga belum menemukannya. Dalam kehidupan sehari-hari ku pun tak luput dengan bunga. Tentunya dengan berbagai kisah yang melatar belakanginya. Entah mengapa setelah membaca buku keajaiban bunga ini untuk yang ketiga kalinya setelah pulang dari kajian malam ini aku ingin sekali bercerita tentang bunga.
Ini tentang ibuku yang beberapa bulan terakhir ini suka menanam bunga. Awalnya aku tak sadar akan hobi baru beliau itu. Sampai pada akhirnya teras depan rumahku mulai penuh dengan pot-pot kecil dengan beragam bunga. Mulai kamboja, teratai air, sampai achorbya yang beliau dapatkan dari beberapa tetangga dan family kami. Pot-pot ibu pun bukanlah pot-pot indah penuh ukiran warna-warni itu. Beberapanya hanya dari panci bolong, kaleng biscuit, ada juga dari mangkok plastic, bahkan plastic bekas minyak goreng kiloan yang beliau bentuk sedemikian rupa.
Aku tak menyangka ibu lakukan semua untuk aku. Ya walaupun sedemikaian sederhana tapi itu semua sudah mewakili ekspresi cinta kasih beliau kepadaku. Hal itu sama sekali tidak aku ketahui dan aku pahami sampai pada suatu hari aku bertanya, “Ibu sekarang kok suka menanam bunga?”. Dan betapa terharunya aku ketika beliau berkata, “Lho, bukannya kamu yang dulu minta, kamu bilang depan rumah gersang gak ada bunga-bunganya gitu”. Bagaimana aku tidak terharu. Seingatku saat itu hanya menyampaikan pendapat yang ingin aku sampaikan pada beliau saja. Tidak lebih. Tapi ternyata beliau menangkapnya sebagai sebuah permintaan. Ach, memang demikianlah beliau. Beliau memahami aku sebagaimana memahami diri beliau sendiri. Jadi kangen…. Tapi besok aku masih ada kuliah Pertanahan dan Peradilan Islam di semester IV S 1 ku ini. Moga cepet selesai yach… Amiin… Biar cepet pake toga kaya gini nich… He….
Memalukannya lagi aku sebagai anak perempuannya ini malah tak ada inisiatif apa gitu untuk mewarnai halaman depan itu. Malah beliau ditengah lelahnya dengan kesibukan mengurus rumah dan membantu bapak di sawah saja masih sempat merawat itu semua. Sampai-sampai beliau berkata, “Perempuan macam apa kamu ini, menanam bunga saja tidak bisa, ya sudah kalau main kerumah teman yang punya banyak bunga, mintalah untuk kamu tanam di halaman depan itu”. Ya demikianlah aku. Oleh karenanya tak salah bila aku masih meragukan keperempuananku ini. Bukan hanya dengan alasan bunga ini saja, Tapi dengan banyak alasan lain yang berkaitan pekerjaan rumah tangga yang jujur aku memang kurang bisa diandalkan.
Sampai satu hari aku pulang dengan beberapa tangkai stek bunga dari rumah seorang sahabat. Aku memang sempat bercerita padanya kalau aku dipesani ibuku bunga apa saja kalau aku main kerumah temanku. Tapi lagi-lagi aku melupakan pesanan itu. Sampai justru sahabatku itulah yang mengingatkan aku. Betapa parahnya aku ini. Bahkan sahabatku lebh perhatian kepada ibuku dibandingkan aku. Bahkan aku tak menyangka sebegitu bahagianya ibuku saat aku benar-benar membawakan pesanannya itu. Begitu berbinar-binar dengan perhatian kecilku. Bukan perhatianku malah, perhatian sahabatku. (Thanks for all of things lis…) Tak ada seperseratus ujung kotoran jari sekalipun jika dibanding semua perhatian beliau kepadaku hingga usiaku yang ke-20 ini.
Kalau sudah begini aku sudah tak bisa apa-apa lagi kecuali mendoakan beliau. Jarak yang terbentang antara Surabaya-Ponorogo seakan semakin jauh saja jika sudah kangen pelukan dan candaan beliau seperti sekarang ini. Tapi aku yakin di seberang sana, jam sekian ibu telah beristirahat dikamar setelah penat seharian berkutat dengan pekerjaan rumah. Selamat istirahat ibu. Salam kangen dari anakmu yang tak mengerti betapa engkau mencintainya dengan segenap kasihmu.


11 Mei 2009

Tips Membaca Efeektif dan Efisien

Mengirimkan karya untuk dimuat dimedia belum menjadi hal yang biasa untukku. Tapi tidak ada salahnya mencoba meskipun hanya di Buletin kelas. Ahwaluna. Itupun atas desakan salah seorang sahabat. Ini dah hasil utik-utik beberapa artikel yang di merge jadi satu. Ini teks yang sudah dipoles dengan sentuhan-sentuhan khusus sama editornya, jadi bukan murni dari aku lagi. Moga bermanfaat ya...
Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep your mind young. (Henry Ford)
Sering membaca buku tapi kesulitan untuk memahami atau menangkap ide yang disampaikan dengan cepat? Jangan resah kawan! pean tidak sendiri! Saya pun juga mengalami hal yang sama. Apa lagi ketika kita harus membaca lebih dari lima buah buku dalam satu hari sebagai referensi bahan mengerjakan tugas. Rasanya, buku-buku tersebut semakin tebal saja dan membosankan.
Lantas, apakah kita harus meninggalkan buku-buku tersebut? Tidak kan? Ni, Ahwaluna punya tips tersendiri mengenai membaca efektif dan efisien.


1. Tentukan tujuan membaca
Sebelum membaca tentukan dulu informasi terpenting apa yang ingin kita ketahui dari buku itu. Pelajari sekilas sistematika penulisannya, mulai daftar isi, indeks atau apa saja yang menggambarkan isi buku.
2. Temukan kata kunci
Langsung saja menuju ke halaman di mana kata kunci itu kita temukan. Dengan hanya membaca kata-kata kunci, kita akan memangkas jumlah kata yang perlu dibaca setidaknya 70%. Dan karenanya meningkatkan kecepatan baca tiga atau empat kali lipat.
3. Ubah kebiasaan kita menggerakkan bibir, menunjuk tulisan, dan vokalisasi bacaan.
Kebiasaan vokalisasi bacaan tanpa kita sadari mengurangi tingkat keefisienan dan keefektifan cara membaca kita. Karena kadang rasanya kita lebih paham jika tidak hanya melihat saja, tetapi juga mendengarkan. Padahal mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga. Kita hanya dapat “mendengar” perkataan sekitar 250 kata permenit, tetapi kita dapat melihat kata dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih. Begitu pula dengan menggerakkan bibir. Dalam satu menit tidak banyak kata yang dapat kita lafadzkan. Jika kita masih terikat dengn gerakan bibit tersebut, hal itu akan membuang waktu kita untuk membaca halaman selanjutnya atau bahkan buku yang lainnya.
4. Berlatih membaca cepat.
Maksudnya agar kecepatan membaca kita terus meningkat. Karena segala sesuatu membutuhkan proses serta tahapan-tahapan yang berkesinambungan.
5. Temukan ide pokok pada buku yang kita baca.
Dengan demikian kita dapat memahaminya sekaligus. Ada baiknya pula jika kita membaca lebih kritis, jika perlu siapkan catatan kecil untuk bagian bacaan yang perlu di ingat. Agar kita tidak perlu mencari ulang suatu saat nanti. Hal ini akan membuat aktivitas membaca kita lebih efisien.
6. Konsentrasi dalam membaca.
Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah pekerjaan berat dan sangat sulit dilakukan. Padahal kalau kita menyenangi sesuatu, katakanlah menonton konser musik band favorit atau film di bioskop, maka kita dapat berkonsentrasi menikmati pertunjukan yang berlangsung lebih dari dua jam. Jadi, konsentrasi bisa dibangun ketika sesuatu itu menyenangkan. Bukankah membaca juga demikian?
7. Menggunakan setiap waktu luang untuk membaca.
Dalam hal ini, tidak harus jenis bacaan berat seperti textbook kuliah, paper dosen atau bacaan berat lainnya yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk membacanya. Buku-buku ringan semacam cerpen, cerita humor, hikmah dibutuhkan sebagai sarana pelatihan. Ingat lho? Kontinuitas dibutuhkan untuk membentuk sebuah kebiasaan.
Ok dech… itu dulu tips Ahwaluna edisi kali ini. Ingat lho? Itu hanya sekedar tips. Kalau kamu memang dah nyaman dengan kebiasaan membacamu sekarang, dan kamu anggap itu efisien dan efektif, ya teruskan aja. Tidak salah kok! Yang salah ya yang tidak membaca. Setuju?
al Fagheeya ‘09

02 Mei 2009

Last Breath

Setelah sebulan vakum g'posting apa-apa, q ngin berbagi lirik asyik ni... Lirik lagu ini aku dengar suatu hari ketika membuka file berbentuk macromedia flash player di laptop mungilnya. Entah mengapa pertama kali mendengarnya ada sesuatu yang beda. Lagu ini tu liriknya english, tapi cengkoknya arabic banget. Yang nyanyiin Ahmed Bukhatir yang juga nyanyiin lagu zawjaty ma ummy. Liriknya ku dapet susah payah lho... Harus ndengerin lagunya berkali-kali sambil nulis liriknya. habis nyari di lirik nasyid ga'ketemu sich... Pa lagi english tu susah banget buat ditiruin... Walah opo nech iku... yang penting ni lah liriknya...

From those around I hear a cry
A mouthful sob a hopeless sight
I hear their foot steps leaving slow
And than I know my soul must fly!

A chilly wind begins to flow
Within my soul from head to toe
And then last breath escapes my lips
It’s time to leave and I must go

So it’s true but it’s too late
They said: Each soul has its given death
When it must leave its body’s core
And meet with its eternal fate

Oh mark the word that I do say
Who knows tomorrow could be your day?
At last it’s come to heaven or hell
Decide which now do not delay
Come on my brother let us pray
Decide which now do not delay

Oh God oh God I can not see
My eyes are blind, am I still me?
Oh has my soul been led astray
And forced to pay a priceless fee

Alas to dust we all return
Some shall rejoice while other burn
If only I know that before
The line grew short and came my turn

And now as beneath the sod
They lay me with my record flawed
They cry not knowing I cry worse
For they go home I face my god

Dari kerumunan itu aku mendengar tangisan
Mereka meratapi dengan desahan hampa
Aku mendengar langkah kaki mereka meninggalkanku perlahan
Lalu aku tahu bahwa saatnya jiwaku pergi

Angin dingin mulai bertiup
Didalam jiwaku dari kepala sampai ujung kaki
Lalu. nafas terakhir meninggalkan bibirku
Ini saatnya untuk pergi dan aku harus pergi

Ternyata benar tapi sudah terlambat
Mereka berkata : Setiap yang bernyawa pasti mengalami kematian
Ketika ruh meninggalkan jasadnya
Dan menghadapi takdirnya

Oh, ingatlah kata-kata yang aku ucapkan
Siapa tahu mungkin besok adalah giliranmu?
Pada akhirnya kita akan masuk ke surga ataukah ke neraka?
Tentukan pilihanmu sekarang jangan menunda
Ayolah saudaraku berdo’alah
Tentukan pilihanmu sekarang jangan menunda-nunda

Ya Allah aku tidak bisa melihat!!!
Mataku buta!!! Masihkah aku adalah diriiku???
Atau jiwaku telah tersesat???
Dan harus menanggung hukuman yang tak terperikan beratnya???

Kita semua akan menjadi debu
Sebagian orang kembali dengan bahagia dan sebagian yang lainnya
seandainya aku tahu dari sebelumnya
Tapi waktu telah habis dan tibalah waktuku

Dan sekarang di dalam tanah
Mereka membaringkanku dengan catatan dosa-dosaku
Mereka menangis tanpa tahu bahwa aku menangis lebih perih
Saat mereka pulang aku menghadap Tuhanku