31 Maret 2009

Suatu Hari bersama Mb Helvy


Suatu Hari bersama Mb Helvy.... Seakan saya benar-benar duduk bersama dan berbincang dengan beliau saja. Ini hanya suatu hari ketika saya mulai mengenal lebih dekat beliau lewat membaca tulisannya di blognya saja. Tapi andai itu benar-benar terjadi...
Suatu hari ditengah kepenatanku dengan setumpuk tugas kuliah, ku sempatkan ke warnet depan kosku hanya untuk mengusir kejenuhan. Awalnya aku tak terfikir ingin browsing apa. Entah kenapa dalam geogle search secara spontan kutulis Helvy Tiana ROsa begitu saja. Entah karena nama itu sudah tidak asing bagiku karena cerpen-cerpen dan novelnya yang sering menemani hari-hariku. atau entah karena apa.


Aku pun sudah lupa mulai bagian mana aku meneteskan air mata membaca tulisan-tulisan diblognya. Aku pun tak tahu motivasi apa yang mendorongku sebegitu melankolisnya dengan air mataku. Memang untaian kata-katanya yang powerfull tentang keluarga, sahabat, kerabat, mahasiswinya dan semua orang yang yang mewarnai hari-harinya benar-benar penuh inspirasi buwatku. Buwatku yang... Ach entahlah. Ni hanya sepenggal kecil dari blognya. Selengkapnya silahkan buka sendiri di link saya.

Anakku, Cinta Sejati itu...
Suatu hari, anakku, kau bertanya, Bunda, mengapa sebuah pernikahan bisa bertahan, dan mengapa yang lain gagal?

Maka aku pun menjawab, pernikahan yang terus bertahan dan yang tidak bertahan hanya disebabkan oleh nyala cinta. Yang bertahan terus membarakannya dengan amunisi makrifah, gairah dan kesetiaan sepanjang jiwa. Sedang yang tak bertahan membiarkan nyala itu padam bersama redupnya makrifah, gairah dan kesetiaan di antara mereka.

Jika kau mencintai seseorang, kau akan menaruhnya di tempat paling nyaman di hatimu, hingga setiap kali ia menatap matamu, ia temukan dirinya berpijar di sana. Kau tak akan pernah lelah belajar mengenali diri dan jiwanya hingga ke sumsum tulang. Hidupmu penuh gairah, tak abai sekejap pun atas keberadaannya. Maka sampailah kau pada keputusan itu: kau akan setia pada tiap nafas, getar, gerak saat bersamanya, hingga nyawa berpamitan untuk selamanya pada jasadmu. Bahkan kau masih berharap semua tak akan pernah tamat. Kau mendambakan hari di mana kau dan dia kelak dibangkitkan kembali sebagai pasangan, yang terus bergandengan tangan melintasi jalan-jalan asmara, di taman surgaNya...

Itulah cinta sejati, anakku...

Ini Puisi faiz putra sulungnya yang penulis juga. masih kecil ja dah bisa nerbitin buku. Kamu kapan Fa???

Faiz menulis puisi pertamanya di komputer saat ia berusia 5 tahun

Bunda,
engkaulah yang menuntunku
ke jalan kupu-kupu
engkau adalah puisi abadi
yang tak pernah kutemukan
dalam buku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar