17 Juni 2009

Nokia 1208ku

Beberapa hari ini terasa ada yang berbeda dengan keseharianku. Bukan berbeda karena ada yang baru. Tapi berbeda karena ada yang hilang.
Bukan hilang sebenarnya. Lebih tepatnya istirahat dulu kali ya... Beberapa hari tanpa memegang HP rasanya kok gimana.... gitu. Pernah ngrasain Nggak? Aku pun juga tidak habis pikir. Bagaimana bisa benda semungil itu seakan kebutuhan yang demikian primer hingga harus ada dalam setiap detik aktivitas. Apa hanya aku sja yang merasakannya.. Sayangnya aku belum sempat bertanya kepada orang sekitarku bagaimana perasaan mereka tanpa membawa benda mungil itu.
Harusnya aku bisa biasa seperti dulu sebelum punya HP. Santai. Gak pegang HP juga g’bikin laper (Maksude???). Tapi gak tahu kenapa emang dasar akunya aja, apa emang umumnya manusia akan demikian terasa kosong ketika tiba-tiba harus break dari sesuatu yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. (Kayaknya lagi laper ya??? Kok dari tadi laper, makan trus yang diomongin). Kaya mas-mas yang biasa ngrokok trus tiba-tiba gak boleh kayak gitu kali ya...
Cerita aku break dari HP ini berawal hariSabtu lalu (13 Juni 2009), aku dan keluarga besar pesantren mahasiswi yang kurang lebih 70 orang gitu berdarmawisata ke pantai Kenjeran. Bukan darmawisata sich rencananya. Katanya ingin outbond buat refreshing sebelum menghadapi UAS semesster genap yang terasa horor itu (bagiku aja kali...). Ternyata refreshing yang diharapkan berujung pusing buatku. Yo gak pusing gimana, merogoh kocek lagi nich buat dana tidak terduga.
Tapi sebenernya salahku juga sich. Dah jadi kebiasaan kalau mau pergi kemana gitu pamit rumah, ya walaupun beliau berdua nun jauh disana, setidaknya tahu apa saja aktivitas anaknya yang satu ini. Dan tidak lupa diiringi wejangan hati-hati dsb. Namun hari itu wejangannya plus diusahakan tidak naik perahu dipantai itu. Menurut beliau berdua ombaknya lagi g’bagus gitu. Tapi ya emang dasar diriku aja yang ga’ beres. Dah dipesenin jangan malah nekat naik. Malah nyebur bareng arek-arek lagi. Parah!!!
Sebenarnya aku dah taruh tu Nokia 1208 ditempat yang cukup aman alias di dalam tas. Hanya saja kondisi kapal yang tidak mungkin tenang ditengah gelombang membuat tas mungilku oleng kesana kemari tanpa aku sadari. Apalagi setelah arek-arek kebanyakan nyebur di bukit pasir siang itu otomatis tidak banyak yang perhatian ma keadaan tas itu. Apalagi itu bukan milik mereka. Walhasih tas berisi HP plus mukena n baju ganti itu menggelinding ke ujung kapal yang cekung dan tegenang air disana.
Aku baru sadar kejadian itu ketika kami sudah hampir mencapai bibir pantai dan mulai mengkondisikan kontribusi yang harus kami bayar untuk pemilik perahu. Otomatis aku mencari-cari tas itu karena memang disana semua perbekalanku aku simpan. Dan begitu kutemukan sudah dalam keadaan basah kuyup. Setelah aku hitung-hitung lagi, kira-kira HP itu sudah basah kurang lebih beberapa menit. Adapun kesimpulannya, HP itu bukan hanya kecelup air laut lagi, tapi sudah berendam!!!
Sampai hari ini aku belum tahu bagaimana kabarnya. Setahuku hanya masnya kemarin malam bilang kalau tu HP dah konslet. Kalau baterainya dipasang, senternya langsung nyala. G’pa2 wis HPnya yang konslet, daripada orangnya. Kan ya malah gawat. Mana mau ujian lagi.
Yang lebih mengharukan, keduanya legowo banget ketika aku crita HPku berendam di air laut. Mungkin Bapakku melarangku naik kapal itu karena paada malam sebelumnya beliau bermimpi ketika menyalakan diesel untuk mengairi sawah, tiba-tiba mati begitu saja karena tergenang air. Khawatirnya aku kali ya yang tenggelam di laut, tapi ternyata HPku. Alhamdulillah...
Whatever, aku belajar dari semua ini. Di larang bandel sama perintah orang tua!!! Sekarang tinggal menunggu mas servicenya minta dibayar berapa buat mbenerin tu HP. Doain g’mahal-mahal yo... Hiks...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar