13 Mei 2009

Titian Pelangi

Sekali lagi aku katakan. mengirimkan karya tulis belum menjadi suatu hal yang biasa untuk seorang makhluk bernama diriku. Entah mengapa rasa kurang percaya diri, merasa tak layak dan sebagainya selalu menghantuiku. Dan hanya dengan paksaan seorang sahabat lagi aku mencoba mengekspresikan apa yang ada dalam diriku. Walaupun beberapa bait katanya aku mix n match dari beberpa anasyid yang pernah aku dengar, puisi ini rasanya kok gimana gitu. Gimana gitu itu maksudnya kok gak terlalu beres. Tapi gak tahulah ini yang muncul saat itu.
Ini ekspresi kebanggaan sekaligus kebahagiaan tersendiri adanya aku diantara mereka. bagaimna tidak. Belajar bersama mereka yang notabene paling dimasing-masing pesantrennya. Sedangkan aku? Tanda tanya tadi rasanya kurang besar untuk menggambrkan pertanyaan tadi. Apalah ini. G'tahu. He...

TITIAN PELANGI

Disini, kita pernah bertemu
Bersama
Mencari warna seindah pelangi
Meniti tangga warna-warninya
Yang kadang merona, cerah, ceria
Pun pula suram, kelam, duka

Aku ingat kau pernah berkata
Ah, aku lelah kawan
Tangga ini penuh onak dan duri
Debunya pun mengaburkan mataku
Dan segurat kecewa itu ada disana
Di bibirmu

Ingat kawan
Titian pelangi ini titian perjuangan
Titian yang akan menghubungkan harapan kita
Dengan gemilang cahaya
Yang kemilau panca warnanya

Jangan berharap tangga ini sepi rintangan
Itu hanya akan menjadi harapan berkepanjangan
Yang tak akan pernah datang
Bagai rembulan di tengah siang

Dan lantas kemudian
Angin itu mengalir beralun
Membawa sejumput harapan dan selambai ajakan

Hati-hati kawan mendaki setiap titian
Titian itu mudah lapuk, cair dan runtuh
Marilah kita melangkah bersama
Agar lengan ini bisa saling menguatkan
Kala salah satunya melemah dan patah

Doakan pula daku ini
Doakan aku disetiap langkahku
Karena doamu penyejuk kalbu

Dan terhulurlah tangan lembut itu
Dengan sebaris senyum mesra
Kembali meniti langkah bersama
Mendaki titian pelangi
Hingga kelak nanti di sana

al Fagheeya ‘09


Tidak ada komentar:

Posting Komentar